get app
inews
Aa Text
Read Next : Pemuda di Malang Menangis Ditangkap Warga, Bawa Botol Diduga Bom Molotov usai Demo

Kisah dan Sejarah Wisma Tumapel, Bangunan Bersejarah yang Menyimpan Banyak Misteri

Rabu, 13 Oktober 2021 - 15:15:00 WIB
Kisah dan Sejarah Wisma Tumapel, Bangunan Bersejarah yang Menyimpan Banyak Misteri
Wisma Tumapel bangunan bersejarah peninggalan Kolonial Belanda di Kota Malang, Jawa Timur. (Foto: Avirista Midaada / MPI)

MALANG, iNews.id - Wisma Tumapel merupakan salah satu bangunan bersejarah peninggalan Belanda di Kota Malang, Jawa Timur. Bangunan ini berdiri kokoh di Jalan Tumapel Nomor 1, Klojen, tak jauh dari Balai Kota Malang.

Konon dahulu Wisma Tumapel merupakan area penginapan para petinggi Belanda di masanya. Bangunan ini cukup ikonik dengan desain yang berarsitektur Eropa modern. Berdiri megah di pojokan antara Jalan Majapahit dan Jalan Tumapel, bangunan ini salah satu yang bersejarah di Kota Malang.

Namun sayang setelah sekian lama bangunan ini kini terbengkalai. Hal ini membuat nuansa misteri, apalagi kesan kurang terawatnya kian membuat bangunan tampak seram.

Menelusuri ruangan demi ruangan, kesan etnik memang terasa. Bangunan ini terbagi menjadi tiga lantai, mulai lantai basement di bawah, bangunan lantai satu dan lantai dua. Di lantai satu dan dua, tampak sejumlah ruangan-ruangan berukuran 6 x 10 meter.

Total terdapat setidaknya 96 ruangan yang dalamnya beberapa terdapat kamar mandi. Namun sayang seluruh ruangan itu masih terkunci, sebab di dalam ruangan memang terdapat beberapa peralatan milik Universitas Negeri Malang (UM) mulai dari AC, kursi dan meja.

Struktur bangunan pun masih tampak asli sebagaimana desain awalnya. Hanya sayang lantai yang digunakan memang sudah berganti dari sebelumnya lantai teraso peninggalan bangunan Belanda, menjadi lantai keramik yang diganti saat rekonstruksi pada 2015.

Tak hanya itu, ruangan basement Wisma Tumapel juga ditutup dengan tembok cor. Alhasil akses ke basement yang konon terdapat lorong bawah tanah, yang bisa tembus hingga ke kawasan SMA Tugu tak bisa diakses lagi.

Sejarawan Malang Rakai Hino Galeswangi mengungkapkan, Wisma Tumapel ini dulunya bernama Splendid Inn yang dibangun pemerintah kolonial Belanda di bouwplan 2, meliputi kawasan Balai Kota Malang, Bundaran Tugu, kawasan bangunan SMA Tugu yang digunakan sebagai pusat perkantoran di zaman Belanda.

"Jadi bouwplan dua ini di bangun kawasan Tugu dan Balai Kota Malang. Awalnya di situ tempatnya para petinggi, makanya kelurahannya dinamakan Tumenggungan. Ada salah satu suluk silir ada kata Tumenggungan, di situ namanya Tumenggung, yang artinya para petinggi," ucap Rakai Hino.

Pembangunan kawasan Bouwplan II dimulai pada 1922 melalui keputusan dewan kota. Pembangunan kawasan dipimpin arsitek Belanda Karsten. Saat itu kawasan sekitar Balai Kota Malang masih merupakan taman dan kawasan hutan, dengan pemandangan indah lembah Sungai Brantas dan kawasan Bundaran Tugu, yang merupakan alun-alun kecil.

"Saat bouwplan dua berjalan, ketika didirikan balai kota, sebelahnya balai kota memang taman, kirinya balai kota itu taman  tapi belum ada jembatan. Di situ ada lembah Sungai Brantas yang banyak pepohonan. Pemandangannya indah," kata pria yang juga merupakan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Malang.

Wisma Tumapel bangunan bersejarah peninggalan Kolonial Belanda di Kota Malang, Jawa Timur. (Foto: Avirista Midaada / MPI)
Wisma Tumapel bangunan bersejarah peninggalan Kolonial Belanda di Kota Malang, Jawa Timur. (Foto: Avirista Midaada / MPI)

Dari sanalah muncul ide untuk membuat sebuah bangunan penginapan untuk tempat peristirahatan dan digunakan pada 1928. Tempat ini digunakan untuk menginap para petinggi dan orang Belanda, yang berkunjung ke Malang kala itu.

Apalagi jarak dengan Stasiun Malang cukup dekat, sehingga lokasi tersebut dianggap cocok dijadikan tempat penginapan.

"Di situ muncul ide membuat penginapan yang dikenal dengan Wisma Tumapel, dulu namanya Splendid Inn namanya dari situ, Splendid Inn namanya dari hotel itu ya di Wisma Tumapel. Bangunannya ya yang sekarang jadi Wisma Tumapel itu," ucapnya.

Menurutnya, Splendid Inn dahulu merupakan hotel termewah dan termegah di masanya. Pemandangannya cukup indah dimana menghadap ke Sungai Brantas, dengan di sekitarnya terdapat pepohonan dan taman - taman. Sementara ke area depannya tampak bundaran alun - alun kecil yang kini menjadi Bundaran Tugu terlihat.

"Ketika dibangun Splendid Inn diharapkan orang yang turun di stasiun kota baru nginapnya tidak jauh, karena belum ada penginapan, awal penginapan di situ di Malang, khususnya di wilayah temanggungan dan Rampal," ujarnya.

Seiring berjalannya waktu Jepang yang datang menduduki Indonesia, mengusir Belanda yang tengah menduduki Indonesia. Beberapa bangunan peninggalan Belanda diambil alih oleh Jepang, termasuk kompleks bangunan di kawasan Kota Malang.

Semasa pemerintahan Jepang, peruntukkan ada sedikit perubahan. Wisma Tumapel yang dulu bernama Splendid Inn diubah menjadi markas kempetei atau polisi militer Jepang. Sementara Balai Kota Malang tetap dijadikan pusat pemerintahan, sedangkan kawasan SMA Tugu, dahulu dijadikan markas tawanan, termasuk di dalamnya beberapa tahanan dari tentara Belanda.

"Wisma Tumapel ini berubah fungsi saat didatangi Jepang, dari penginapan menjadi markas kempetei, sementara SMA Tugu dan dijadikan markas tawanan, kalau untuk balai kota dijadikan pusat pemerintahan dan pemimpin tertinggi, sekelas wali kota," katanya.

Sementara itu Sekretaris TACB Kota Malang yang juga seorang arsitek Erlina Laksmiani Wahdyutami, menyebut bahwa bangunan Wisma Tumapel atau dulunya bernama Splendid Inn ini didesain dengan menggunakan arsitek modern.

"Langgamnya Wisma Tumapel arsitek modern, tapi ada ornamen - ornamen garis - garis tegas, seperti kantor PLN (di Kayutangan), kalau arsitek modern itu sebenarnya anti ornamen. Kalau langgam arsitek klasik dipakai di gereja - gereja, kayak Kayutangan dan Gereja Ijen," kata Erlina.

Perempuan yang juga dosen Arsitek Universitas Merdeka (Unmer) juga berujar bahwa bangunan Wisma Tumapel yang saat ini bukanlah struktur bangunan yang asli. Sebab ada beberapa perubahan drastis, salah satunya di lantainya.

"Kalau dulu yang aslinya pakai lantai traso warna merah, tapi sekarang diganti keramik kecoklatan. Sedangkan di blendug di atap bangunan itu juga tambahan baru, tahun 93 masih belum ada," ucapnya.

Editor: Donald Karouw

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut