Kisah 2 Dinasti Besar di Madura yang Kekuasaannya Ditentukan oleh Perempuan
Pulangjiwa menegaskan sebagai penguasa Madura Timur sekaligus menolak berbagi kekuasaan dengan saudara-saudara iparnya. Untuk melegitimasi kekuasaannya ia mencari restu kepada VOC Belanda dan penguasa Mataram di Kartasura, Jawa Tengah.
Semasa pemerintahannya, Pulangjiwa yang meninggal dunia tahun 1702, sempat berselisih dengan Cakraningrat II, penguasa wilayah Madura Barat. Cakraningrat berambisi mencaplok kembali wilayah Sumenep.
Sepeninggal Pulangjiwa, takhta Kadipaten Sumenep kembali mengalami kesulitan suksesi. Pulangjiwa tidak memiliki anak laki-laki. Kendati demikian, putrinya yang bernama Raden Ayu Gambrek atau Raden Ayu Cakranagara memiliki kemampuan dan sekaligus berwatak tangguh.
Raden Ayu Cakranagara yang saat itu belum menikah kemudian mencari suami. Yang ia pilih adalah jajaran bangsawan rendahan yang masih kerabat. Dipilihlah Pangeran Rama yang masih terhitung sepupu.
Oleh Raden Ayu Cakranagara, suaminya dinobatkan sebagai Adipati Sumenep dengan gelar Cakranagara I. Pada tahun 1705, suaminya yang notabene Adipati Sumenep diceraikan.
Perceraian itu sekaligus diikuti dengan pelepasan takhta, karena tidak berselang lama Cakranagara I meninggal dunia. Ada dugaan kuat Cakranagara I sengaja dihabisi.
Sementara dari pernikahan mendiang Cakranagara I dengan Raden Ayu Cakranagara dikaruniai seorang putra laki-laki yang diberi nama Pangeran Jimat.
Editor: Ihya Ulumuddin