get app
inews
Aa Text
Read Next : Gempa Sumenep M5,0 Terasa Cukup Kuat di Pasuruan hingga Malang

Heboh Kasus Fetish Mukena dengan Korban Model Cantik, Pakar: Bisa Disembuhkan 

Sabtu, 21 Agustus 2021 - 15:15:00 WIB
Heboh Kasus Fetish Mukena dengan Korban Model Cantik, Pakar: Bisa Disembuhkan 
Terduga korban fetish muneka menunjukkan bukti foto yang diunggah terduga pelaku D, Jumat (20/8/2021). (ilustrasi).

MALANG, iNews.id - Pengidap fetish atau orientasi seksual pada organ nongenital ternyata bisa disembuhkan. Hanya saja prosesnya lama dan harus dilakukan berulang-ulang. 

Analisis itu disampaikan Pakar Kesehatan Mental Universitas Brawijaya (UB), Sumi Lestari, menanggapi kabar fetish mukena dengan korban model cantik di Malang. Sumi menyebut, kelainan tersebut bisa diobati dengan sejumlah pendekatan. 

"Perlu adanya penanganan secara behavior terapi di terapi dulu. Bagaimana pola pikirnya, perilakunya. Kita buka prosesnya yang namanya psikoterapi," katanya, Sabtu (21/8/2021).

Menurutnya, proses penyembuhan gejala fetish tersebut tidak bisa diperkirakan waktunya. Waktu yang diperlukan biasanya tergantung gejala yang dialaminya. Namun, mayoritas lebih dari satu atau dua tahun.

"Itu panjang. Nggak bisa setahun dua tahun. Bisa lebih cukup panjang, karena sakitnya jiwa, bukan sakit fisik. Kalau sakit fisik misalkan gatal pakai salep. Kalau sakit jiwa, jiwa mana yang akan diobati. Ini yang cukup membutuhkan waktu panjang," ucapnya.

Pengajar di Prodi Psikologi Universitas Brawijaya Malang ini menerangkan, metode penelitian Single Subject Research (SSR) bisa dijadikan alternatif untuk menyembuhkan pengidap fetish tersebut.

"Terapi ini juga akan efektif untuk mereka yang mengalami gangguan fetish. Sebenarnya mereka yang mengalami gangguan fetish juga bukan keinginan mereka," tuturnya. 

Oleh sebab itu, pentingnya dukungan untuk segala pihak dalam pengobatan dan terapi penderita fetish. Sebaliknya, ketika banyak pihak menghakimi pengidap fetish, kelainannya justru makin sulit disembuhkan.

"Mereka sebenarnya butuh bantuan kita untuk penyembuhan, sehingga jangan malah dihakimi karena sebenarnya mereka justru pengen yang normal. Siapa yang enggak mau normal. Karena itu, kita melihat dari berbagai kacamata," katanya. 

Editor: Ihya Ulumuddin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut