Gus Yaqut Minta Pengembangan Madrasah Dikelola Profesional: Jangan Ada Korupsi
SURABAYA, iNews.id - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) meminta pelaksanaan program Realizing Education’s Promise- Madrasah Education Quality Reform (REP-MEQR) 2023 dijalankan dengan hati-hati dan profesional. Pesan ini disampaikan Gus Yaqut saat “Kick Off Proyek REP-MEQR 2023” di Surabaya, Rabu (25/1/2023).
"Saya tidak mau main-main dengan madrasah. Ini bagian dari pertaruhan kita atas generasi yang akan datang dan menjadi tanggung jawab kita di Kementerian Agama," kata Ketua Umum GP Ansor tersebut.
Putra tokoh NU KH Cholil Bisri ini tidak ingin madrasah berada di daerah dipaksa untuk digitalisasi. Namun basis kebutuhan digitalisasi seperti internet tidak ada.
"Jadi dikasih komputer dan laptop bagus-bagus dengan harapan bisa lebih cepat mengakses dunia di luar madrasah ternyata gak ada signal. Jangankan bicara signal, ada juga daerah yang belum tersentuh listrik. Ini menjadi problem. Nah ini karakter yang menurut saya harus hati-hati memperlakukan madrasah," katanya.
Setiap madrasah, lanjut Yaqut, memiliki karakter yang berbeda. Dia minta dana pinjaman Bank Dunia yang digunakan dalam program tersebut benar-benar menyentuh kebutuhan madrasah. Dana itu harus dikelola dengan baik, dipertanggungjawabkan, karena harus dikembalikan.
"Jadi saya harap sebagaimana pesan Bu Menteri Keuangan saat di UIN Malang, diingatkan agar dana yang dikelola ini jangan diperlakukan dengan curang, jangan ada korupsi dan harus dikelola dengan profesional," ujarnya.
Yaqut mengatakan, madrasah yang membutuhkan dana sangat banyak. Karena itu dia meminta untuk berhati-hati, "Sekali lagi hati-hati. Sebab ini adalah dana yang harus dipertanggungjawabkan," katanya.
Di luar itu dia juga mengapresiasi program yang bergulir sejak 2020 ini telah berkembang luar biasa dan signifikan di tengah lajunya era digitalisasi. Namun, dia juga mengingatkan bahwa tujuan utama madrasah bukan sekadar layaknya tujuan sekolah lainnya. Madrasah memiliki nilai kekhasan, yakni karakter, dan ini menjadi tanggung jawab Kemenag.
"Kalau kita bicara lomba pintar-pintaran dengan sekolah lain, dengan segala keterbatasan yang dimiliki oleh madrasah, terutama anggaran, logikanya kita kalah. Tetapi faktanya madrasah ternyata lebih unggul dibanding sekolah di luar madrasah," katanya.
Editor: Ihya Ulumuddin