Fakta Baru Desa Miliarder Tuban, Poin 3 Rombongan Sales Tiap Hari Datang Tawarkan Barang Mewah

TUBAN, iNews.id - Warga Desa Sumurgenung, Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban, mendadak sejahtera. Ganti untung pembebasan lahan untuk proyek kilang minyak mengubah kehidupan ekonomi warga ini 180 derajat.
Warga yang semula hidup pas-pasan dengan bekerja sebagai petani, kini hidup dengan gelimang uang. Bagaimana tidak, rerata warga kampung ini mendapatkan ganti untung dari Pertamina hingga Rp8 miliar. Bahkan ada yang sampai Rp24 miliar.
Fakta ini menjadikan desa miliarder ini tak pernah berhenti menjadi sorotan. Apalagi saat warga di sana memborong 176 mobil baru, hingga videonya viral di media sosial.
Lalu, bagaimana kehidupan mereka pascaaksi borong mobil tersebut, berikut faktanya.
1. Warga Mulai Takut Kehilangan Mata Pencaharian
Memiliki uang berlimpah tidak lantas membuat warga di desa miliarder ini tenang. Sebaliknya, mereka kini was-was kehilangan ladang andalan untuk digarap. Mereka benar-benar khawatir kehilangan mata pencaharian begitu lahan diambil Pertamina.
Saat ini warga memang masih bisa menggunakan lahan yang dibeli Pertamina itu untuk bercocok tanam. Namun, sewaktu-waktu, lahan tersebut bisa diambil Pertamina untuk lokasi pendirian industri kilang minyak.
"Sekarang masih bisa garap. Sebab, lahan masih belum dipakai. Tapi, begitu nanti diambil ya hilang semua. Tidak punya lahan lagi. Ini yang saya khawatir," kata salah seorang petani, Rohman.
Rohman mengatakan, uang hasil pembebasahan lahan memang sudah diterima. Sebagian juga sudah dibelikan tanah untuk bercocok tanam. Namun, lokasinya jauh dari tempat tinggal. Selain itu, lahannya tak sesubur yang dibebaskan.
Rohman mengatakan, lahan pertanian yang dibebaskan untuk proyek kilang minyak seluas 3.000 m2. Namun, lahan tersebut milik orang tuanya, sehingga harus dibagi-bagi dengan saudaranya saat dapat ganti untung.
Kekhawatiran sama juga disampaikan seorang buruh tani, Diah. Dia takut tidak bisa bekerja lagi begitu lahan pertanian mulai dimanfaatkan untuk proyek kilang minyak. Sebab, selama ini dia hanya membantu suami menjadi buruh tani di desa setempat.
"Kalau sudah tidak ada lahan, kemungkinan ya di rumah saja. Tidak bekerja. Harapannya, anak saya nanti lulus sekolah dan bisa bekerja di Pertamina," katanya.
Editor: Ihya Ulumuddin