Emil: Nilai Tambah dan Re-ekspor Jadi Kunci Kemajuan Industri Jatim
 
                 
             
                GRESIK, iNews.id - Nilai tambah dan re-ekspor menjadi kunci kemajuan industri di Jawa Timur. Sebuah perusahaan harus mampu berinovasi, membuat produk baru berkualitas. Sehingga diminati pasar internasional. Demikian kata Calon Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, Kamis (5/4/2018).
 
 Gagasan Emil ini disampaikan pasca mengunjungi PT Polowijo Gosari Group di Gresik, Rabu (4/4/2018) kemarin. Emil menilai, PT Poliwijo merupakan perusahaan yang berkembang luar biasa dan mampu menjadi katalis pembangunan wilayah.
 
 “Ini terjadi karena perusaan ini mengutamakan nilai tambah (added value). Sehingga dalam waktu tak terlalu lama, perusahaan ini berkembang pesat. Keberhasilan ini harus ditiru industry lain, terutama diu wilayah pesisir utara Jawa Timur,” katanya. 
 
 Emil mengaku, dirinya mendapatkan gambaran yang luar biasa tentang kekuatan terbesar dari sebuah bangunan besar, yang tak lain adalah entrepreneur dari masyarakat setempat. Bahwa ternyata, perekonomian tidak hanya bisa bertumpu pada pemerintah, namun juga harus melibatkan masyarakat (sektor swasta).
 
 “Jawa Timur memiliki PDRB 2018 triliun dan anggaran Pemprov 30 triliun. Jika dihitung dari total anggaran kabupaten kota yang ada di Jawa Timur kurang lebih berkisar di angka 200 triliun atau kurang lebih 10% dari PDRB. Seharusnya bisa lebih lagi bagaimana kemudian katalisnya ini benar-benar sektor swasta,” tuturnya. 
 
 Lebih lanjut suami artis Arumi Bachsin ini mengatakan industri ke depan juga harus bertumpu pada nilai tambah dan reekspor. Dia mencontohkan dolomit yang di produksi oleh PT. Polowijo Gosari Group merupakan inovasi yang mampu menjadi pupuk organik, bahkan komponen pesawat terbang yang mampu mendorong industri yang memiliki multiplier efek ke sektor lain.
 
 “Inovasi dan nilai tambah ini penting seperti dolomit mendorong industrialisasi multiplier efek yang luar biasa,  karena mendorong pupuk yang berkualitas tinggi kemudian mendorong sektor pertanian,” ungkap Emil.
 
 Tidak hanya itu, kedepan,  pemerintah, lanjut Emil, harus menjadi katalis inovasi dan orkestrator industri di Jawa Timur. Peran pemerintah ini berfungsi mensinergikan berbagai potensi industri yang ada di Jawa Timur, salah satu contoh upaya tersebut adalah belanova.“Belanova atau belanja inovasi daerah adalah memanfaatkan peraturan pemerintah tentang inovasi dimana APBD ini bisa kita manfaatkan sebagai katalis inovasi,” urainya.
 
 Emil juga memaparkan permasalahan Jawa Timur tentang tingginya impor bahan baku industri. Kedepannya Emil ingin mendorong arah industri Jawa Timur adalah reekspor, karena pasar market Asean masih sangat besar dengan jumlah penduduk 600 juta.
 
 “Apa yang harus didorong oleh Jawa Timur sebisa mungkin reekspor. Kalaupun kita banyak mengimpor bahan baku katakanlah 60%  untuk memenuhi market yang memang masif di Jawa termasuk Jawa Timur dengan 40 juta penduduk namun kita juga reekspor ke luar misalnya ke Malaysia, negara-negara Asean, dengan market Asean yang berjumlah 600 juta jadi reekspor menjadi penting,” katanya.
Editor: Himas Puspito Putra
 
                     
                                     
                                     
                                     
                                     
                                     
                                     
                     
                                 
                                 
                                 
                                 
                                 
                                