Detik-detik Supersemar Terbit, Soeharto Sakit Tenggorokan hingga Bung Karno Tinggalkan Rapat
Bung Karno dalam pidatonya tegas menyatakan tidak akan mundur. Bung Karno melawan semua tekanan politik yang menyerangnya.
“Saya tidak akan mundur sejengkal pun. Saya Soekarno, pemimpin besar revolusi. Inilah saya. Saya tidak bisa berbuat lain. Ayo siapa yang membutuhkan Soekarno sebagai pemimpin besar revolusi, kerahkan seluruh kekuatanmu, pertahankan Soekarno,” demikian dikutip dari buku Naiknya Para Jenderal (2000), Sabtu (11/3/2023).
Di tengah kepungan massa di luar Istana Negara (Istana Merdeka), rapat kabinet pada 11 Maret 1966 tetap berjalan. Rapat tidak dihadiri Panglima TNI AD Soeharto, yang saat itu absen karena alasan sakit tenggorokan.
Di luar pagar istana, massa semakin memperlihatkan keberingasannya. Ban-ban mobil yang berada di sekitar Istana Merdeka digembosi. Akibatnya timbul kemacetan di mana-mana.
Di antara ribuan mahasiswa yang mengepung Istana Negara, terdapat pasukan RPKAD yang telah melepas tanda pengenal kesatuan. Informasi itu sampai ke telinga Bung Karno.
Mungkin melihat situasi bertambah genting, ditambah Soeharto sebagai Panglima AD tidak hadir dalam rapat, Bung Karno memutuskan menghentikan rapat kabinet.
Dengan terburu-buru, Bung Karno yang kemudian disusul Subandrio dan Chaerul Saleh, naik helikopter yang sudah disiapkan. Ketiganya langsung terbang menuju Istana Bogor.
Tak berselang lama, Wakil Perdana Menteri Leimena juga menyusul ke Istana Bogor. “Segera setelah kepergian Soekarno, Amir Machmud melaporkan kejadian itu kepada Soeharto," demikian tertulis dalam buku itu.
Editor: Rizky Agustian