get app
inews
Aa Text
Read Next : IKN Jadi Ibu Kota Politik, Targetkan 9.500 ASN Pindah pada 2029

Deretan Perang Antar-kerajaan di Indonesia, Ada yang Libatkan Pasukan Mongol

Selasa, 27 Desember 2022 - 16:51:00 WIB
Deretan Perang Antar-kerajaan di Indonesia, Ada yang Libatkan Pasukan Mongol
Simak deretan perang antar-kerajaan yang pernah terjadi di Indonesia. Salah satunya bahkan melibatkan pasukan Mongol saat Raden Wijaya menyerang Jayakatwang. (Foto: Wikipedia).

JAKARTA, iNews.id - Perang kerajaan adalah satu hal yang menarik untuk dibahas. Di Nusantara, kerajaan-kerajaan yang pernah berdiri sempat terlibat perang, salah satu penyebabnya perebutan kekuasaan.

Berikut tujuh perang antarkerajaan di Indonesia sebagaimana Tim Litbang MPI rangkum dari berbagai sumber, Selasa (27/12/2022).

1. Perang Bubat

Perang Bubat melibatkan Kerajaan Majapahit dan Sunda. Dalam jurnal Transformatika (2015) berjudul ‘Resepsi Cerita Perang Bubat dalam Novel Niskala Karya Hermawan Aksan’, Perang Bubat berlangsung di sekitar pesanggrahan Bubat yang menjadi lokasi penginapan rombongan Kerajaan Sunda. 

Perang Bubat terjadi pada 1357 Masehi atau 1279 Saka saat Majapahit dipimpin Hayam Wuruk dan Kerajaan Sunda di bawah kendali Maharaja Linggabuana. Hampir seluruh pasukan Kerajaan Sunda tewas, termasuk raja dan permaisurinya. 

Putri raja yang bernama Dyah Pitaloka Citraresmi juga tewas usai bunuh diri di lapangan peperangan. Ada berbagai versi yang menceritakan penyebab pecahnya perang besar ini.

Dalam Carita Parahyangan yang ditulis oleh Pangeran Wangsakerta, Dyah Pitaloka disebutkan lebih memilih suami dari kalangan orang Jawa daripada Sunda. Cerita itu berbeda dengan kisah yang ada pada Kidung Sunda dari Bali. 

Di dalamnya tertulis Hayam Wuruk ingin sekali mencari permaisuri dan jatuh cinta dengan seorang putri Sunda. Namun, nama putri Sunda itu tidak disebutkan dalam kidung tersebut. 

Di sisi lain, Gajah Mada tidak menghendaki hal itu lantaran menganggap orang Sunda harus tunduk kepada Majapahit. Jumlah pasukan yang tidak seimbang adalah penyebab utama dari kekalahan Kerajaan Sunda.

2. Perang Kerajaan Panjalu dan Jenggala

Kerajaan Panjalu dan Jenggala merupakan dua kerajaan yang berada di kawasan Mataram Kuno. Perang ini diketahui terjadi karena perebutan kekuasaan dalam takhta Kahuripan.

Melansir Okezone, raja Kahuripan yang kala itu memimpin, Airlangga, berniat mewariskan takhtanya kepada putri mahkota bernama Sanggramawijaya Tunggadewi. Namun, Tunggadewi memilih untuk menimba ilmu batin dan tidak ingin menjadi pemimpin. 

Mengetahui keinginan tersebut, Airlangga meminta saran kepada Mpu Bharada dan akhirnya memutuskan untuk membagi wilayah kekuasaannya menjadi dua, Panjalu atau Kediri dan Jenggala, kepada kedua putranya. 

Sri Samarawijaya berhak atas kekuasaan di Panjalu, sedangkan Mapanji Garasakan diamanahi kekuasaan di Jenggala. Sayangnya, kedua putra raja ini berselisih hingga mengakibatkan perang.

Dalam perang ini, kedua belah pihak sama-sama memperebutkan wilayah. Perang memuncak ketika Raja Airlangga wafat. Perang ini berlangsung selama 60 tahun dengan kemenangan Kerajaan Panjalu. 

3. Perang Paregreg

Selanjutnya, ada Perang Paregreg yang terjadi selama dua tahun, yakni 1404 sampai 1406. Perang ini terjadi antara istana barat Majapahit pimpinan Wikramawardhana dengan istana timur Majapahit yang dipimpin oleh Bhre Wirabhumi. 

Perang Paregreg dimulai dari pemberontakan yang dilakukan Bhre Wirabhumi, yang kemudian menjadi salah satu faktor kemerosotan Majapahit.

Dalam artikel karya Soeroso bertajuk ‘Bhattara Narapati’, Perang Paregreg berujung pada hancurnya kerajaan timur dan tewasnya Bhre Wirabhumi. Dalam Pararaton, disebutkan Bhre Wirabhumi dibunuh pada 1406 ketika sedang melarikan diri dengan perahu. Kepalanya dipenggal, dan dibawa kembali ke Majapahit. 

4. Perang Saudara Kerajaan Mataram

Kerajaan Mataram pernah mengalami perang saudara yang terjadi usai Panembahan Senopati wafat pada 1601. Hanyakrawati diangkat sebagai raja Mataram yang baru, namun menimbulkan kekecewaan di benak Pangeran Puger yang merupakan kakak tiri Hanyakrawati. Sebab, dia merasa yang paling pantas untuk memimpin Mataram.

Mengetahui sang kakak kecewa, Hanyakrawati memberikan jabatan sebagai Adipati Demak kepada Puger. Merasa tidak puas, Puger melakukan pemberontakan dan ingin Demak lepas dari wilayah Mataram. 

Tepat setahun setelah Panembahan Senopati berpulang, perang saudara antara Demak dan Mataram pun pecah dan berlangsung selama tiga tahun. Puger akhirnya berhasil ditangkap dan diasingkan ke Kudus. 

5. Perang Ganter

Perang Ganter terjadi saat masa Kerajaan Singosari, tepatnya abad ke-13. Perang ini melibatkan Ken Arok dan Raja Kediri bernama Kertajaya. 

Melansir Sindonews, perang ini pecah di kawasan Ganter (kini Malang) dan dimenangkan oleh Ken Arok. Setelahnya, Ken Arok dipatrikan sebagai penguasa Jawa Timur sekaligus pendiri Kerajaan Singasari. 

Ken Arok sendiri awalnya merupakan kepala desa yang ingin meningkatkan kekuatan politiknya. Ken Arok juga menjadi dalang pembunuhan Tunggul Ametung dan merebut istrinya, Ken Dedes.

Usai menggantikan Tunggul Ametung sebagai pemimpin Tumapel, dia lantas merencanakan peperangan melawan Kerajaan Kediri yang merupakan saingan lawas Tumapel. Di sisi lain, Kertajaya yang mengetahui siasat itu langsung mengerahkan pasukannya dan bersiap menemui Ken Arok dalam pertempuran. 

Puncak perang terjadi pada 1222 (beberapa sumber menyebut 1221) di Ganter, Kediri timur. Ken Arok berhasil membuat Kertajaya dan pasukan Kediri menyerah. 

6. Pemberontakan Jayakatwang

Jayakatwang adalah Bupati Gelanggelang yang melakukan pemberontakan pada 1292. Aksinya ini berhasil meruntuhkan Kerajaan Singasari pimpinan Kertanegara. Dia sangat berambisi untuk membangkitkan kembali Kerajaan Kediri, yang merupakan kerajaan leluhurnya. 

Jayakatwang memulai rencananya dengan mengirimkan pasukan kecil di bawah kendali Jaran Guyang. Mengetahui hal tersebut, Kertanegara mengirimkan pasukan Singasari yang dipimpin langsung oleh Raden Wijaya. 

Pemberontakan ini berujung pada terbunuhnya Kertanegara di istananya sendiri. Disebutkan, dia tengah melakukan pesta minuman keras dan tidak mengetahui kedatangan pasukan Jayakatwang. Bersama pasukan Gelanggelang, Jayakatwang dengan mudah membunuh Kertanegara. 

7. Serangan Raden Wijaya ke Jayakatwang

Usai berhasil membunuh Kertanegara, Jayakatwang berhasil berkuasa, meskipun tidak lama. Raden Wijaya yang merupakan menantu Kertanegara melakukan balas dendam dengan bantuan pasukan Mongol

Sebelum membunuh Jayakatwang, Raden Wijaya sempat mengaku ingin mengabdikan dirinya. Langkah itu dia lakukan atas saran dari Bupati Madura, Arya Wirajaya.

Mendapatkan kepercayaan dari Jayakatwang, Raden Wijaya mendapatkan sebuah wilayah bernama Hutan Tarik. Namun, wilayah itu justru menjadi tempatnya membangun kekuatan. Dengan dukungan bala tentara Mongol, Jayakatwang berhasil dijatuhkan dan Kerajaan Gelanggelang pun runtuh. 

Editor: Rizky Agustian

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut