get app
inews
Aa Text
Read Next : Mengenal Asal Usul Wangsa Isyana, Trah Penerus Raja Mataram di Jawa Timur

Cerita Mpu Bharada, Penasihat Airlangga yang Sakti Bisa Terbang dengan Sehelai Daun 

Rabu, 09 Februari 2022 - 08:38:00 WIB
Cerita Mpu Bharada, Penasihat Airlangga yang Sakti Bisa Terbang dengan Sehelai Daun 
Arca penggambaran sosok Mpu Bharada. (Foto: Aroengbinang).

SURABAYA, iNews.id - Prabu Airlangga memiliki seorang penasihat yang sakti, Mpu Bharada. Meski tak sepopuler Prabu Airlangga, peran Mpu Barada cukup vital terhadap kejayaan Kerayaan Kahuripan kala itu. 

Sosok Mpu Bharada memang dikisahkan hanya seorang tokoh agama. Tetapi kesaktiannya yang luar biasa membuat Prabu Airlangga memberikan kepercayaan penuh kepadanya, termasuk saat pembagian kerajaan kepada kedua putranya. 

Bahkan Mpu Bharada berhasil mengalahkan musuh Airlangga, yaitu Calon Arang seorang janda yang terkenal kesaktiannya dari Desa Girah, sebagaimana dikutip dari buku "Babad Tanah Jawi" tulisan Soedjipto Abimanyu. 

Raja Airlangga sendiri sebelum turun takhta menjadi raja, berguru ke Mpu Bharada. Niatnya untuk menjadi seorang pendeta bulat, membuatnya harus mewarisi kerajaan dengan membagi dua kepada kedua anaknya.

Mpu Bharada tampil sebagai penasihat Airlangga terkait pembagian kekuasaan kepada kedua anaknya tersebut. Namun sebelum itu terealisasi Airlangga yang juga anak dari Raja Bali berharap anaknya bisa memerintah di Kerajaan Bali. Maka dia pun mengutus Mpu Bharada untuk berangkat ke Bali. 

Konon saat berangkat menuju Bali inilah kesaktian Mpu Bharada tampak. Dia berangkat ke Bali untuk menemui Raja Bali menyampaikan maksud tujuan Airlangga, hanya dengan menggunakan sehelai daun. Sesampainya di Bali, permintaan Airlangga yang disampaikan Mpu Bharada pun ditolak Mpu Kuturan, yang berniat mengangkat cucunya menjadi raja Bali. 

Alhasil, Airlangga terpaksa membelah kekuasaan kerajaan kepada dua putranya. Mpu Bharada bertugas menetapkan batas antara kedua belahan negara. Di sinilah kesaktian Mpu Bharada kembali muncul. Dia terbang sambil mengucurkan air kendi. 

Tetapi ketika sampai di dekat Desa Palungan, jubah Mpu Bharada tersangkut ranting pohon asam. Dia marah dan mengutuk pohon asam itu menjadi kerdil. Oleh karena itu, penduduk sekitar menamakan daerah itu Kamal Pandak, yang artinya asem pendek. Desa Kamal Pandak, pada zaman Majapahit, menjadi lokasi pendirian Prajnaparamitapuri yaitu Candi Penghargaan arwah Gayatri, istri Raden Wijaya. 

Selesai menetapkan batas Kerajaan Kediri dan Janggala berdasarkan cucuran air kendi, Mpu Bharada mengucapkan kutukan. Barang siapa yang berani melanggar batas tersebut, hidupnya akan mengalami kesialan. 

Menurut Prasasti Mahasobhya yang diterbitkan Kertanegara, Raja Singasari kutukan Mpu Bharada sudah ditawar berkat usaha Wisnuwardhana menyatukan kedua wilayah tersebut. Negarakertagama juga menyebutkan, Mpu Bharada merupakan pendeta Buddha yang mendapat anugerah tanah Desa Lemah Citra atau Lemah Tulis. 

Sementara Calon Arang merupakan seroang tokoh dalam cerita rakyat Jawa dan Bali dari abad 12. Dia seorang janda pengguna ilmu hitam yang sering merusak hasil panen para petani dan menyebabkan datangnya penyakit. 

Calon Arang ini mempunyai seorang putri bernama Ratna Manggali yang meskipun cantik, tidak mendapatkan seorang suami karena orang-orang takut pada ibunya. Karena kesulitan yang dihadapi oleh putrinya, Calon Arang marah. Dia pun berniat membalas dendam dengan menculik seorang gadis muda. 

Gadis tersebut dia bawa ke sebuah kuil untuk dikorbankan kepada Dewi Durga. Hari berikutnya banjir besar melanda desa tersebut dan banyak orang meninggal dunia. Penyakit pun bermunculan, Raja Airlangga yang mengetahui hal tersebut meminta bantuan penasehatnya Mpu Bharada untuk mengatasi masalah ini.

Lalu, Mpu Bharada mengirimkan seorang prajurit bernama Mpu Bharada untuk dinikahkan kepada Ratna Manggali. Keduanya menikah besar-besaran dengan pesta yang berlangsung tujuh hari tujuh malam, dan keadaan pun kembali normal. Calon Arang konon mempunyai sebuah buku yang berisi ilmu-ilmu sihir. 

Suatu hari buku ini berhasil ditemukan oleh prajurit Mpu Bharada, Bahula, lalu diserahkannya kepada Mpu Bharada. Saat Calon Arang mengetahui bahwa bukunya telah dicuri, dia menjadi marah dan memutuskan untuk melawan Mpu Bharada. Tanpa bantuan Dewi Durga, Calon Arang pun kalah. Sejak ia dikalahkan Mpu Bharada, desa tersebut pun aman dari ancaman ilmu hitam Calon Arang.

Editor: Ihya Ulumuddin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut