Bantah Tak Terbuka Soal Kematian Korban Tragedi Kanjuruhan, RSSA: Kami Siap Jadi Saksi

MALANG, iNews.id - Dokter Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang membantah tak terbuka soal penyebab kematian korban tragedi Kanjuruhan. Mereka menyampaikan, semua hal yang disampaikan sudah sesuai fakta medis dan tidak ada tekanan.
"Saya rasa mungkin salah persepsi. Kami akan menyampaikan apa adanya. Kami sudah diperiksa oleh polisi, sudah di BAP tidak ada tekanan," tegas Wakil Direktur (Wadir) RSSA Malang dr Syaifullah Asmiragani, Selasa (1/11/2022) petang.
Menurutnya, selain dirinya, ada sejumlah dokter ahli lain yang dimintai keterangan oleh penyidik Polda Jawa Timur pada Jumat pekan lalu. Pemeriksaan dilakukan di RSSA Malang, dimana tim penyidik langsung mendatangi dari Surabaya.
"Kami dapat surat panggilan ke Polda. Tapi, karena dokter-dokter yang dipanggil sangat banyak, dan ini mengganggu pelayanan. Makanya orang datang sendiri ke Malang ke sini, untuk memeriksa kami sampai setengah 11 malam," ujarnya.
Dokter yang diperiksa pun cukup banyak, ada 10 orang, mulai dokter ICU, bedah saraf hingga bedah mata. "Kita diambil keterangan, termasuk saya juga diambil keterangan," katanya.
Materi yang dinyatakan disebutkan Syaifullah mengenai kondisi pasien tragedi Kanjuruhan pada saat datang ke rumah sakit. Kemudian korban yang meninggal dunia, korban yang dirawat di rumah sakit tetapi meninggal dunia.
"Termasuk korban yang dirawat di sini yang membaik, membaik itu ditanyakan semua, penyebabnya apa, kenapa, bagaimana penanganannya, hari Jumat kami dimintai keterangan, jadi tidak ada tekanan sama sekali," tuturnya.
Pihaknya menegaskan siap jika nanti saat proses persidangan dihadirkan untuk dimintai keterangan sebagai saksi ahli, untuk menjelaskan kondisi para korban tragedi Kanjuruhan.
"Ya nanti kita akan berangkat, kita akan memenuhi panggilan untuk memberikan kesaksian kita terhadap kasus-kasus yang kita tangani, sekali lagi tidak ada tekanan itu," katanya.
Diketahui, La Ode M Syarif sempat menyatakan para dokter enggan menjelaskan kematian korban tragedi Kanjuruhan yang memakan 135 nyawa. La Ode menyebut, para dokter ini mendapat tekanan sehingga enggan dimintai keterangan dan menjadi saksi dalam proses penyidikan tragedi dengan enam tersangka ini.
Editor: Ihya Ulumuddin