8 Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Pulau Jawa yang Masih Eksis dan Menarik

JAKARTA, iNews.id - Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Pulau Jawa menarik untuk diketahui. Selain banyak ragamnya, tradisi peringatan hari lahir Rasulullah itu juga unik dan menarik.
Tradisi perayaan Maulid Nabi Muhammad ini biasanya diselenggarakan di bulan-bulan Maulud atau Rabiul Awal, terutama pada tanggal 12 Rabiul Awal. Sebab, saat itulah Nabi Muhammad dilahirkan.
Dihimpun dari berbagai sumber, perayaan atau tradisi Maulid Nabi ini pertama kali ada di Indonesia karena dibawa oleh Wali Songo sekitar tahun 1400 masehi.
Tradisi penyambutan maupun perayaan Maulid Nabi di berbagai daerah di Indonesia pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yaitu sebagai tanda syukur atas kelahiran Rasulullah SAW. Selain itu mempererat persaudaraan sesama umat Islam, sekaligus mengangkat ciri khas budaya masing-masing daerah.
1. Grebeg Maulud
Tradisi perayaan Maulid Nabi di Pulau Jawa yang pertama yakni Grebeg Maulud. Tradisi ini digagas oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I dengan tujuan sebagai tanda syukur atas kelahiran Nabi Muhammad SAW. Grebeg Maulud memiliki beberapa rangkaian acara, salah satunya sekaten atau acara pasar malam yang terkenal.
Acara puncaknya ditandai dengan arak-arakan gunungan atau susunan hasil Bumi yang dibentuk menggunung sesuai dengan namanya. Nantinya, gunungan akan dibawa berkeliling area Keraton lalu menjadi bahan rebutan masyarakat sekitar.
2. Kirab Ampyang
Tradisi ini merupakan perayaan yang dilaksanakan oleh masyarakat Loram Kulon di daerah Kudus yang digunakan untuk memperingati maulid Nabi Muhammad SAW di masjid loram kulon yang bernuansa islami. Tujuan tradisi ini yakni sebagai syiar agama Islam khususnya di Pulau Jawa.
3. Panjang Jimat
Panjang jimat merupakan tradisi Maulid Nabi di Keraton Cirebon untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW. Dalam prosesinya, panjang jimat dirayakan dengan cara mengarak makanan.
Upacara yang diadakan setiap tahun ini biasa dihadiri ribuan masyarakat dari berbagai daerah. Masyarakat akan mendatangi tiga situs keraton yakni kanoman, kasepuhan, dan kacirebonan. Selain di keraton, acara juga digelar di makam Sunan Gunung Jati.
4. Tradisi Meron
Tradisi Meron merupakan acara tahunan yang diadakan oleh Pemerintah Kabupaten Pati untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, yang biasanya hanya diadakan setengah hari saja.
Pelaksanaan tradisi ini biasanya berlangsung cukup meriah, salah satunya adalah arak-arakan yang berbentuk nasi tumpeng dengan tambahan hasil bumi seperti buah-buahan, kacang, terong, padi, cabai, dan lainnya.
Selain itu, ada juga kegiatan pawai dengan mengenakan pakaian khas daerah oleh anak-anak. Pakaian keraton yang dikenakan oleh remaja putri, dan pakaian petani oleh remaja putra.
5. Muludhen
Muludhen merupakan tradisi peringatan Maulid Nabi di Madura. Warga Madura menggelar acara Muludhen ini dengan pergi ke Masjid dengan membawa sebuah tumpeng. Tumpeng tersebut dikelilingi dengan berbagai macam buah yang ditusuk dengan lidi dan diletakan di tumpeng tersebut.
6. Angkaan Berkat
Acara ini merupakan tradisi yang digelar setiap satu tahun sekali oleh masyarakat Bawean, Gresik dalam memperingati Maulid Nabi SAW. Berbeda dengan gunungan yang dibuat dalam Grebeg Maulud, di Angkaan Bherkat ini, masyarakat Pulau Bawean akan mengisi ember dengan makanan.
Tidak hanya hasil bumi, ember juga diisi lengkap dengan nasi dan lauk pauk hingga peralatan dapur. Pada penghujung acara Maulid Nabi, setelah pembacaan shalawat dan doa, angkaan atau ember tersebut dibagikan atau di barter ke peserta yang mengikuti rangkaian acara.
7. Tradisi Sekaten
Tradisi peringatan Maulid Nabi ini berasal dari Kota Solo dan sudah ada sejak abad ke-15. Tradisi ini juga berkaitan dengan sejarah penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Wali Songo di Pulau Jawa.
Pelaksanaan tradisi Sekaten di ini biasanya digelar dengan serangkaian acara seperti pasar malam di alun-alun kidul selama sebulan penuh. Salah satu pertanda pagelaran Sekaten dimulai yaitu ketika gamelan yang akan diarak ke masjid sudah dibunyikan.
8. Tradisi Weh-Wehan
Tradisi Weh-wehan atau saling berbagi makanan ini dilakukan oleh masyarakat Kaliwungu, Kabupaten Kendal dan dilaksanakan setiap tanggal 12 Rabiul Awal yang merupakan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW.
Tradisi ini dimeriahkan dengan teng-tengan atau lampu lampion warna warni yang dipajang di setiap rumah warga. Lampu lampion ini sebagai simbol bahwa lahirnya Rasulullah Muhammad SAW sebagai cahaya yang menerangi dunia, memerangi zaman jahiliah menuju zaman islamiyah atau dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang.
Itulah delapan daftar tradisi perayaan Maulid Nabi di Pulau Jawa yang masih eksis hingga saat ini.
Editor: Ihya Ulumuddin