PASURUAN, iNews.id – Guru mengaji di Desa Mlaten, Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur (Jatim), dibacok saat di musala, Kamis (31/10/2019). Korban Usman (70) yang mengalami luka di kepala, leher, dan lengan, langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.
Kejadian pada Kamis sore ini pun menggegerkan warga Desa Mlaten. Apalagi, korban Usman dibacok oleh tetangganya. Anak korban juga sempat histeris melihat darah berceceran di musala.
Kasat Reskrim Polres Pasuruan Kota AKP Slamet Santoso mengatakan, menurut saksi mata, kronologi kejadian berawal saat korban sedang mengaji di Musala Al Usman dengan menggunakan pengeras suara. Kegiatan khataman Alquran memang rutin digelar di sana.
Namun, tiba-tiba pelaku datang ke musala sambil marah-marah. Dia mendatangi korban sambil membawa celurit. Pelaku langsung membacok korban hingga jatuh tersungkur hingga darahnya berceceran.
Korban yang kesakitan sempat meminta tolong sambil berusaha keluar dari musala. Sementara pelaku kembali membacok korban. Beruntung warga langsung menolong korban. Warga membawa korban yang terluka parah ke RSUD dr Saleh Probolinggo.
“Korban awalnya berusaha untuk menenangkan pelaku, tapi malah jadi korban penganiayaan. Korban dibacok beberapa kali hingga mengalami luka di beberapa bagian,” kata Slamet.
Warga di lokasi kejadian yang emosi melihat aksi pembacokan itu langsung menghakimi pelaku. Beruntung, polisi dari Polsek Nguling segera datang mengamankan pelaku dari amukan massa. Polisi selanjutnya membawa pelaku ke Mapolsek Nguling untuk diperiksa terkait penganiayaan itu.
Berdasarkan informasi dari warga, pelaku selama ini memiliki riwayat penyakit ganggguan jiwa. Karena itu, setelah diperiksa di Mapolsek Nguling, pelaku dibawa ke RSUD Grati kabupaten setempat. Polisi ingin memastikan kondisi kejiwaan korban.
“Penyidikan tetap kami lakukan, akan kami uji apakah pelaku memang benar memiliki kelainan jiwa,” kata Slamet.
Sementara menurut keluarga korban, Muhaimin, pelaku selama ini dikenal memiliki riwayat penyakit jiwa. Pelaku juga tidak suka mendengarkan suara keras menggunakan alat pengeras suara.
”Dia datang marah-marah, tahu-tahu bawa celurit. Pelaku tidak senang kalau ada yang mengaji dan mendengar suara azan dengan pengeras suara,” ujar Muhaimin.
Editor : Maria Christina
Artikel Terkait