Ribuan umat Islam mengantarkan jenazah KH Salahuddin Wahid ke tempat peristirahatan terakhirnya di kompleks pemakaman keluarga Ponpes Tebuireng Jombang, Senin (3/2/2020). (Foto: Antara)

JAKARTA, iNews.id - Ulama kharismatik KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) wafat, Minggu (2/2/2020) malam di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta. Umat Islam dan bangsa Indonesia pun kembali kehilangan salah satu ulama dan putra bangsa terbaiknya.

Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang yang juga cucu pendiri Nahdlatul Ulama itu tak hanya dikenal sebagai ulama, tapi juga negarawan.

Putra pahlawan nasional KH Wahid Hasyim yang juga adik kandung Presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu dinilai sosok yang bersahaja dan dekat dengan semua kalangan.

Sebagai muslim, tentu merasa kehilangan dan bersedih atas wafatnya Gus Sholah. Hanya orang munafik saja yang tidak bersedih atas wafatnya pewaris Nabi.

Dalam kitab Maroqil 'Ubudiyah karangan Imam Nawawi Al Bantani yang merupakan Syarah kitab Bidayatul Hidayah karya Imam Al Ghazali disebutkan.

من لم يحزن بموت العالم فهو منافق

"Siapa yang tidak bersedih dengan kematian seorang ulama maka ia termasuk munafiq".

Wafatnya ulama juga merupakan musibah bagi umat Islam.


اَوَلَمْ يَرَوْا اَنَّا نَأْتِى الْاَرْضَ نَنْقُصُهَا مِنْ اَطْرَافِهَاۗ وَاللّٰهُ يَحْكُمُ لَا مُعَقِّبَ لِحُكْمِهٖۗ وَهُوَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ

Artinya: "Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebagian (siksa) yang Kami ancamkan kepada mereka atau Kami wafatkan kamu (hal itu tidak penting bagimu) karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampai­kan saja, sedangkan Kamilah yang menghisab amalan mereka. Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami mendatangi daerah-daerah (orang-orang kafir), lalu Kami kurangi daerah-daerah itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya? Dan Allah menetapkan hukum (menurut kehendak-Nya), tidak ada yang dapat menolak ketetapan-Nya; dan Dialah Yang Mahacepat hisab-Nya". (QS Al Ra'du: 41).

Mufasir Ibnu Kasir menerangkan maksud ayat tersebut. Yakni, dari Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah rusaknya daerah-daerah itu dengan kematian ulama, ahli fiqih, dan ahli kebaikannya.

Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, bahwa makna yang dimaksud ialah meninggalnya ulamanya.
Sehubungan dengan pengertian ini Al-Hafiz Ibnu Asakir telah mengatakan dalam biografi Ahmad ibnu Abdul Aziz Abul Qasim Al-Masri (seorang pemberi wejangan penduduk Asbahan) bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Muhammad Talhah ibnu Asad Al-Murri di Dimasyq, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar Al-Ajari di Mekah, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Namzal syair berikut yang ia tujukan bagi dirinya sendiri: Bumi menjadi hidup selagi orang alimnya hidup.

Bilamana ada seorang alim darinya yang mati, maka matilah sebagian dari daerahnya. Perihalnya sama dengan bumi yang tetap hidup selagi hujan masih menyiraminya; dan jika hujan tidak menyirami­nya, maka akan terjadi kerusakan pada daerah-daerahnya (yang tidak tersirami hujan).


Editor : Kastolani Marzuki

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network