Mochtar mengatakan, Posko Pandegiling memiliki sejarah panjang lahirnya PDIP. “Dulu berjuang bersama di Pandegiling ini dimotori Pak Tjip (Soetjipto, ayah WS), disemangati Pak Tjipto pada waktu itu,” katanya.
Namun, perjuangan tersebut menurutnya telah dizolimi. Sebab, WS, putra Soetjipto justri tidak direkomendasi. “Makanya saat ini banteng lama bersatu untuk dukung Pak Machfud karena Pak Whisnu ini dizolimi. Kalau sudah dizolimi harus melawan daripada mati pelan-pelan,” katanya.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPC PDIP Surabaya Anas Karno merespon santai sikap senior PDIP tersebut. Alasannya seluruh mesin partai telah berjalan seiring dengan instruksi Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.
“Kami rasa, itu bukan mesin PDI Perjuangan. Silakan,” ujarnya.
Sebelumnya Sekjen DPP PDIP Hasto Kritiyanyo juga mengancam pecat kader yang tidak mengikuti partai mendukung Eri Cahyadi. Ancaman tersebut disampaikan Hasto saat berkungku ke Surabaya.
Diketahui Banteng Ketaton diisi para senior PDIP Surabaya. Beberapa di antaranya Sunardi, Mat Mochtar dan Andreas Widodo. Mereka ini dahulunya merupakan kader awal PDIP dari pertama munculnya PDI Pro Mega (Promeg).
Di tahun 1998 ketiganya bersama dengan salah satu pendiri PDIP Almarhum Soetjipto juga melakukan cap jempol darah tanda mendukung Megawati sebagai ketua umum tunggal PDIP di Posko Jalan Pandegiling.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait