Kisah Raden Ronggo Prawirodirjo III (1796-1810) merupakan Bupati Wedana Madiun sekaligus mertua Pangeran Diponegoro. (Foto: Istimewa).

Raden Ronggo III diputuskan bersalah dan Belanda menuntut Sultan Yogyakarta menyerahkan kepada pemerintah Eropa. Kondisi terus ditekan, Sultan HB II akhirnya menyatakan bersedia.

“Sultan berjanji bahwa Raden Ronggo akan diberangkatkan ke Buitenzorg (Bogor) pada 26 November 1810”.

Mendengar akan dijadikan tawanan, Raden Ronggo Prawirodirjo III memilih melawan. Dia angkat kaki dari Istana Yogya dengan membawa serta 300 pasukan bersenjata lengkap.

Raden Ronggo Prawirodirjo III melarikan diri ke Madiun dengan meninggalkan dua pucuk surat di kediamannya di Kranggan Yogyakarta. Surat ditujukan kepada Tumenggung Notodiningrat dan dan Tumenggung Sumodiningrat.

Inti suratnya, Raden Ronggo menyatakan telah merencanakan perang melawan orang-orang Eropa dan Surakarta dan seterusnya akan menempuh jalan hidup sebagai pengembara.

Raden Ronggo meminta keraton Yogyakarta dijaga dengan baik. Dia juga meminta jembatan menuju Yogyakarta dihancurkan agar tidak ada pasukan yang dikirim.

Raden Ronggo juga meminta Sultan Yogya mendukung usahanya. Raden Ronggo menyerukan kepada semua orang Jawa dan Tionghoa untuk bersatu menggulingkan otoritas Eropa bersamanya dan sekaligus menghancurkan Surakarta.

Sebagai Bupati Wedana Madiun yang membawahi 14 bupati, Raden Ronggo tidak berhenti mengonsolidasikan kekuatan perangnya. 

“Dia juga menyematkan gelar Susuhunan Prabu Ingalaga kepada dirinya,” dilansir dari Antara Lawu dan Wilis.

Sementara karena takut oleh tekanan Belanda, Sultan HB II yang juga mertua Raden Ronggo III memutuskan meringkus menantunya tersebut. Raden Ronggo III telah dicap sebagai pemberontak.

Disokong oleh Belanda, Sultan HB II mengirimkan dekrit kepada seluruh Bupati Monconegoro bagian timur untuk menangkap Raden Ronggo Prawirodirjo III hidup atau mati.   

Pada 17 Desember 1810. Dalam pertempuran di Desa Sekaran, tepi Bengawan Solo wilayah Bojonegoro, Raden Ronggo Prawirodirjo III orang kepercayaannya, yakni Bupati Jipang-Kepadangan terbunuh.

Jenazah keduanya dibawa ke Yogyakarta dan dipertontonkan kepada masyarakat. Keduanya dimakamkan di permakaman Banyusumurup, yakni dekat Imogiri yang dikenal sebagai makam bagi mereka yang berani menentang raja.

Kelak, menantu Raden Ronggo Prawirodirjo III, yakni Pangeran Diponegoro dan putranya dari istri selir, yakni Sentot Alibasah Prawirodirjo memimpin Perang Jawa (1825-1830) melawan kolonial Belanda.   


Editor : Kurnia Illahi

Sebelumnya
Halaman :
1 2

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network