Armada kapal Kerajaan Majapahit penguasa lautan Nusantara. (Foto: Dunia Pendidikan)

Pembenahan di internal angkatan laut Majapahit akhirnya mampu dituntaskan Laksamana Nala. Bermodal kekuatan internal yang utuh, Laksamana Nala mulai memimpin ekspedisi maritim kerajaan Majapahit, ke seluruh Nusantara. Tentunya ekspedisi maritim ini juga langsung di bawah pengawasan Gajah Mada.

Pada sekitar tahun 1339-1341, angkatan laut Majapahit yang dipimpin Laksamana Nala berhasil menundukkan seluruh Nusantara bagian barat. Dimulai dari kerajaan Samudra Pasai, berlanjut ke seluruh Pulau Sumatera, Semenanjung Melayu dan berakhir di Kalimantan.

Ekspedisi Majapahit ke tanah Samudra Pasai dinilai para ahli sejarah merupakan ekspedisi terbesar selama kerajaan itu berdiri. Yakni, mengikutsertakan 400 kapal, di mana masing-masing kapalnya mampu menampung 200-1.000 orang.

Laju ekspedisi Kerajaan Majapahit terus berlanjut. Salah satunya dilakukan pada tahun 1343. Bersama-sama dengan Mahapatih Gajah Mada, Laksamana Nala mampu menaklukkan Nusantara Timur, yakni mulai dari Bali, Lombok, Sumbawa, Seram, Sulawesi, dan berakhir di Dompo.

Di bawah komando Laksamana Nala, angkatan laut Kerajaan Majapahit menjadi angkatan laut terbesar dan terkuat di dataran Asia Tenggara. Angkatan laut Kerajaan Majapahit di bawah pimpinan Laksamana Nala, memiliki sekitar 40.000 tentara. Kekuatan ini membuat Majapahit disegani di kawasan Asia Tenggara, bahkan hingga Kekaisaran China.

Laksamana Nala menjadi panglima angkatan laut permata kerajaan, yang memiliki kejeniusan tinggi pada zamannya. Saat belum ada sekolah kelautan, Laksamana Nala mampu menciptakan kapal-kapal canggih dengan bermodalkan hasil mempelajari kapal-kapal perang milik bangsa Mongol.

Berkat tangan dingin Laksamana Nala, kekuatan angkatan laut Kerajaan Majapahit menjadi sangat dahsyat dan tak terkalahkan. Kekuatan maritim ini, menjadikan kedigdayaan Majapahit melegenda hingga kini.

Sesudah Laksamana Nala, dan Mahapatih Gajah Mada mangkat, secara nerangsur-angsur kedigdayaan Majapahit melemah. Berbagai pemberontakan yang berujung pada perang saudara, membuat Majapahit semakin lumpuh.

Kondisi karut-marut ini juga terjadi pada angkatan lautnya, di mana saat terjadi Perang Paregreg, kapal-kapal perang karya Laksamana Nala terlibat saling serang, sehingga kehancuran armada laut Kerajaan Majapahit itu tak dapat dihindarkan lagi.

Saat kekuatan Kerajaan Majapahit semakin lemah. Kekuatan armada gugus tempur laut yang dimiliki hanya tersisa Armada Jawa saja. Armada Jawa yang bertugas mengawal Laut Jawa, dan jalur laut menuju kepulauan rempah-rempah, semakin terdesak dengan hadirnya bangsa kulit putih Eropa.

Bangsa kulit putih Eropa tersebut, datang ke wilayah Nusantara dengan tujuan utama menguasai daerah-daerah penghasil rempah-rempah. Mereka datang dengan kapal-kapal yang telah dimodernkan.

Kapal-kapalnya lebih gesit dan lincah, serta ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan kapal-kapal Kerajaan Majapahit. Bukan hanya itu, kapal-kapal asing bersenjata lebih unggul, seperti meriam yang dapat memuntahkan bola-bola besi dengan jarak tembak lebih jauh dibanding kemampuan jarak tembak cetbang.

Majapahit akhirnya berangsur lenyap dari peradaban. Namun, namanya hingga kini tetap abadi sebagai bangsa adikuasa dari Asia Tenggara. Kebesaran Majapahit tak terlepas dari peran sang Laksamana Nala, yang dengan gagah berani menerjang ganasnya ombak lautan, menegakkan panji-panji kedaulatan di setiap wilayah laut Nusantara.

Sumber:

- duniapendidikan.co.id

- Buku karya Agus S. Serono, Jayaning Majapahit: Kisah Para Kesatria Penjaga Samudra


Editor : Donald Karouw

Sebelumnya
Halaman :
1 2 3 4

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network