Susunan acara bahkan telah mencantumkan pemaparan Rais Aam dan Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf, yang akan diakhiri dengan rumusan kesepakatan damai dan konferensi pers di hadapan para Mustasyar dan Syuriyah.
"Kalau hadir di Tebuireng, beliau otomatis mengikuti keputusan masyayikh. Beliau mungkin menunggu forum yang bisa dikontrol sendiri,” ujar seorang sumber dari Jawa Timur.
Langkah ini dikhawatirkan sebagian pihak sebagai sinyal bahwa Rais Aam tidak membuka ruang islah yang tulus. Jika forum Tebuireng dibatalkan, inisiatif para kiai sepuh untuk mendamaikan dinamika internal dapat terhentu.
"Kalau pintu islah dibuka oleh masyayikh tapi tidak ditanggapi, siapa yang sebenarnya tidak menginginkan perdamaian?” tanya sumber tersebut.
Di tengah ketidakpastian ini, Jaringan Kader Muda Nahdlatul Ulama (NU) se-Indonesia menyerukan agar kepemimpinan PBNU kembali tunduk pada mekanisme AD/ART dan menghormati ikhtiar islah kiai sepuh.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait