Tetapi lambat laun hobi Sutarji ini mendapat respon positif dari istri dan anaknya. Bahkan hingga kedua anaknya menikah dan dia mempunyai cucu, keluarganya tak lagi mempermasalahkan hobi nyelenehnya.
Menurutnya, benda-benda antik yang dikoleksinya ini menjadi semacam hiburan tersendiri bagi pria dengan dua orang anak ini. "Di rumah ini kan tinggal berdua sama istri, ya untuk hiburan saja, saya suka soalnya. Kalau anak sekarang di Surabaya yang kedua, yang pertama di Ngunut, Tulungagung," katanya.
Kini sudah ribuan koleksi benda-benda antik ia kumpulkan di rumahnya sejak puluhan tahun lalu. Bahkan dirinya mengaku telah menghabiskan uang ratusan juta untuk membeli koleksi benda-benda antik untuk museum pribadinya itu. Dari benda-benda antik yang dimiliknya Dokar menjadi yang termahal dibelinya, yakni senilai Rp 10 juta.
"Dokar cikar itu termahal harganya Rp10 juta. Kalau gerobak itu ada yang Rp3 juta, ada Rp 4 juta, alat musik seperti jidor, gamelan itu juga beli semuanya. Kalau yang termurah itu kayak lumpang - lumpang tadi, itu harganya Rp100 ribuan," katanya.
Namun dia memastikan koleksi-koleksi benda antiknya itu tidak ada yang digolongkan benda cagar budaya yang dilindungi undang-undang. Sebab pernah suatu ketika ada petugas dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur yang langsung mengecek benda-benda antiknya.
"Orang BPCB pernah survei ke sini, dipastikan semua cuma benda antik. Saya nggak berani kalau cagar Budaya, patung kecil juga bahaya kalau benda cagar budaya, itu ada patung tapi patung kayu," tuturnya.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait