Terpisah, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Andri Arianto mengatakan, di beberapa negara sudah eksis partai politik baru yang didukung sepenuhnya oleh teknologi digital dan diklaim jauh lebih demokratis, lebih terbuka, lebih langsung dan lebih transparan.
"Meski tidak terlepas adanya keterbatasan tertentu, namun lebih maju menjelaskan kepentingan politik ideal untuk merancang bentuk-bentuk partisipasi politik dan pengambilan keputusan politik demokratis," ujarnya.
Untuk parpol di Indonesia, lanjut dia, cenderung berhati-hati dalam menyerap teknologi digital. Ini ditunjukan dengan masih aktifnya berkampanye dengan media konvensional.
"Parpol digital itu mentransformasikan teknologi digital kedalam struktur internal partai dalam pengambilan keputusan. Jadi lebih dari sekadar memanfaatkan piranti komunikasi digital sebagai jangkauan sarana komunikasi kepada konstituen," katanya.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait