“Terutama guci keramiknya, kami duga berasal dari Thailand era klasik. Ini dilihat dari teknik glasir dan karakter bahannya,” kata Aris.
Menurutnya, artefak kuno Hutan Tritik Nganjuk ini mengindikasikan adanya aktivitas perdagangan dan interaksi budaya lintas wilayah Asia Tenggara. Namun, kajian lanjutan masih diperlukan untuk memastikan detail asal-usulnya.
Meski artefak akan menjadi koleksi Museum Tritik, pemerintah daerah belum memastikan pemberian insentif kepada penemu. Hal ini masih menunggu keputusan pimpinan.
“Soal insetif, saya tidak bisa memastikan ya, nanti kita laporkan ke pimpinan dulu,” ucap Aries.
Keputusan tersebut akan dibahas lebih lanjut oleh pemerintah daerah. Namun, apresiasi terhadap langkah penemu dinilai penting.
Kawasan Tritik dikenal sebagai wilayah yang kaya tinggalan sejarah. Temuan di area ini mencakup peninggalan prasejarah hingga era klasik.
Sebelumnya, kawasan ini pernah ditemukan sarkofagus, lumpang batu, menhir, pipisan, hingga fosil gajah purba Stegodon trigonochepalus. Di sekitar lokasi temuan terbaru, potongan fosil juga masih banyak ditemukan.
Keberadaan artefak kuno Hutan Tritik Nganjuk semakin menguatkan potensi kawasan ini. Hutan Tritik dinilai layak dikembangkan sebagai pusat edukasi sejarah, arkeologi, dan geologi di Kabupaten Nganjuk.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait