Bahkan putri Sri pun sekarang sudah turun tangan atau generasi keempat yang membantu usaha ini. Biasanya orang datang untuk sarapan dan makan siang. Rumah makan sederhana ini memang sudah buka dari pukul 05.00 WIB.
Sementara itu, menurut Khoir, salah satu pemilik warung kaldu kokot di Sumenep, mengatakan, ada banyak bumbu yang diberikan, agar masakan kaldu kokot menjadi lebih enak, di antaranya bawang merah, bawang putih, lada, garam, penyedap rasa, bawang goreng, dan daun bawang. Semua bahan itu dihaluskan kemudian digoreng.
"Kuah yang sudah diracik dengan bumbu dan kokot itu sudah siap disajikan," katanya.
Masakan itu makin nikmat jika disajikan bersama dengan kacang hijau yang sudah direbus. Tapi, tak usah khawatir bagi penderita kolestrol. Sebab, masakan itu ditaburi jeruk nipis. Seporsi kaldu kokot di warungnya dijual dengan harga Rp30.000.
Kaldu Kokot menjadi salah satu Warisan Budaya Tak Benda (WBtb) 2021 yang dianugerahkan pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) menetapkan kaldu kokot sebagai Bupati Sumenep, Achmad Fauzi.
Ada lima sertifikat WBtb yang diborong meliputi meliputi dua jenis yaitu kuliner dan kesenian pertunjukan yakni Cakee dan Kaldu Kokot. Sedangkan bidang kesenian dan pertunjukan adalah Musik Tong-Tong, Sintong, dan Topeng Dhalang.
“Saya mengharapkan, kebudayaan asli di Kabupaten Sumenep terus bertahan dan lestari tidak tergerus perubahan zaman apapun di tengah-tengah masyarakat,” kata Fauzi.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait