Pemberontakan ini memang membawa hasil gemilang. Namun, sesudah menggulingkan Dyah Lokapala dari takhta kekuasaannya, Dyah Saladu dan Dyah Dewendra justru mendapat serangan dari Rakai Watukura Dyah Balitung yang merupakan menantu Rakai Watuhumalang Mpu Teguh. Alhasil Dyah Balitung lah yang akhirnya naik takhta menjadi raja.
Semasa Raja Dyah Balitung bertakhta pun pemberontakan juga terjadi di internal Kerajaan Mataram, kali ini aktornya Rakai Hino Mpu Daksa yang mendapat dukungan dari Rakai Gurungwangi Dyah Saladu. Akibat pemberontakan ini Dyah Balitung pun berhasil digulingkan dan tak lama kemudian Mpu Daksa naik tahta menjadi raja Medang.
Pemberontakan juga mewarnai jalannya pemerintahan Rakai Layang Dyah Tulodong yang merupakan menantu Rakai Hino Mpu Daksa saat naik tahta menjadi raja. Rakai Sumba Dyah Wawa-lah yang menjadi pencetus pemberontakan ini.
Dia merupakan putra Rakai Landheyan saudara Rakai Kayuwangi Dyah Saladu. Pemberontakan ini diakhiri dengan gemilang berkat dukungan dari Mpu Sindok, yang membuat Dyah Wawa naik takhta jadi Raja Medang.
Terlepas dari benar atau tidaknya teori yang dicetuskan Van Bammelen dan Boechari, sejarah telah menggoreskan adanya pemindahan pusat pemerintahan Kerajaan Mataram yang diduga kuat karena adanya letusan Gunung Merapi. Peristiwa ini sekaligus menandai munculnya dinasti baru yakni Wangsa Isana yang didirikan oleh Mpu Sindok, menantu Dyah Wawa sendiri.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait