Ilustrasi Patih Gajah Mada. (istimewa).

SURABAYA, iNews.id - Patih Gajah Mada terpojok usai perang bubat pecah. Dia banyak disalahkan atas keputusannya sebagai Mahapatih Majapahit karena mendahului perintah Raja Hayam Wuruk

Sadar posisinya salah, Gajah Mada lantas memilih tidak aktif lagi sebagai Mahapatih Majapahit. Dia memilih menjadi seorang pertapa sebagai wanaprastha atau menyepi tinggal di hutan yang konon berada di Madakaripura, suatu wilayah di pedalaman Probolinggo selatan atau tepatnya di kaki pegunungan Bromo Semeru. 

Di tempat inilah, terdapat air terjun bernama Madakaripura yang airnya jatuh dari tebing yang tinggi. Di balik air terjun itu, terdapat deretan ceruk dan satu gua yang menjorok ke dalam. Konon Gajah Mada bertapa sampai akhir hayatnya sebagaimana dikisahkan pada "Hitam Putih Mahapatih Gajah Mada", dari Sri Wintala Achmad. 

Namun ada dua versi pendapat bersumber dari karya sastra mengenai akhir hayat sang mahapatih itu. Versi pertama dari Kakawin Nagarakretagama dan kedua versi Kidung Sunda. Menurut Kakawin Nagarakretagama, Gajah Mada meninggal sesudah gering atau menderita sakit. 

Pernyataan Kakawin Nagarakretagama sebagaimana terdapat dalam kakawin gubahan dari Mpu Prapanca ini berbunyi "Tersebut pada tahun Saka Angin Delapan Utama (1285), Baginda menuju Simping demi pemindahan candi makam. Sekembalinya dari Simping segera masuk ke pura. Terpaku mendengar Adimenteri Gajah Mada gering. Pernah mencurahkan tenaga untuk keluyuran ke Jawa. Di Pulau Bali serta Kota Sadeng memusnahkan musuh."

Namun menurut Kidung Sunda, bahwa Gajah Mada meninggal tidak didahului dengan sakit, melainkan mati dengan cara moksa atau membebaskan diri dari dunia. Hal itu terjadi sesudah mengetahui akan dibunuh oleh kedua pamannya, raja Kahuripan dan raja Daha.

Pernyataan itu tercantum dalam Kidung Sunda, "Tidak berselang lama, maka mangkatlah pula Hayam Wuruk yang merana. Setelah ia diperabukan dan semua upacara keagamaan selesai, maka berundinglah kedua pamannya. 

Mereka menyalahkan Gajah Mada atas malapetaka ini. Maka mereka ingin menangkap dan membunuhnya. Kemudian bergegaslah mereka datang ke kepatihan. Saat itu, Patih Gajah Mada sadar bahwa waktunya telah tiba.

"Maka beliau mengenakan segala perlengkapan upacara dan melakukan yoga samadi. Setelah itu, ia moksa menuju ketiadaan. Maka raja Kahuripan dan raja Daha yang mirip Siwa dan Buddha berpulang ke negara mereka, karena Majapahit mengingatkan mereka akan peristiwa memilukan yang terjadi"

Perbedaan pendapat dari dua sumber itu menjadi suatu kewajaran mengingat Kakawin Nagarakretagama yang menyatakan Gajah Mada meninggal karena sakit. Karya sastra Nagarakretagama lahir di era Hayam Wuruk yang merupakan gubahan Mpu Prapanca yang sangat menghormati Gajah Mada.

Sementara, amatlah wajar pula ketika Kidung Sunda menyatakan bahwa Gajah Mada mati moksa sesudah mengetahui akan dibunuh oleh Raja Kahuripan dan Raja Daha. Di mana mati moksa Gajah Mada dimaknai oleh Kidung Sunda sebagai bentuk kepecundangannya atas hukuman yang bakal diterimanya sesudah menjadi penyebab timbulnya perang Bubat.

Namun, perihal faktor penyebab meninggalnya Gajah Mada sampai sekarang belum bisa dipastikan kebenarannya oleh para sejarawan. Dikarenakan tidak ada bukti-bukti sejarah terpercaya yang sangat menguatkan perihal penyebab meninggalnya Gajah Mada.


Editor : Ihya Ulumuddin

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network