Dalam berlomba (fastabiqu) untuk meraih kemenangan memang harus mengalahkan yang lain, sehingga jargon utamanya yakni indeks daya saing. Hal itu sangat berbeda dengan kolaboratif-sinergis, yang untuk menjadi terbaik (‘pemenang’) tidak harus mengalahkan yang lain, tetapi bisa menang bersama, sukses bersama.
"Itulah esensi kolaborasi-sinergi (mu’awwana) dalam meraih kemenangan dan kesuksesan. Esensi ke-kitaan lebih dominan dibanding ke-aku-an. Nahnu-isme lebih dominan dibanding Ana-isme, apalagi prosesi ibadah haji tidak mengenal perbedaan berdasar unsur primordial (suku, ras, bangsa, profesi, status sosial), yang ada hanya hamba dan tamu Allah," katanya.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait