Sampai suatu ketika dia bersama beberapa pengikut perempuannya yang jago bela diri tengah bersenang-senang di tepi telaga. Tiba-tiba datang segerombol laki-laki dengan tampang yang seram.
Legenda Putri Jembersari menceritakan, pemimpin gerombolan laki-laki seram itu lalu memaksa Endang Ratnawati atau Putri Jembersari menurut untuk dijadikan istri. Pengikut Putri Jembersari juga disuruh untuk kembali ke desa dan mengambil harta benda untuk diserahkan kepadanya.
Akan tetapi Putri Jembersari memilih melawan dibanding menuruti kemauan gerombolan laki-laki itu. Pertarungan sengit pun tak terhindarkan, hingga menewaskan Putri Jembersari mau pun pemimpin gerombolan laki-laki itu.
Sejumlah warga yang mendengar pertempuran itu berbondong-bondong datang ke wilayah konflik dengan perasaan sedih. Mereka lantas memakamkan jenazah Putri Jembersari dan pengikutnya di dekat Sungai Bedadung.
Saat acara penguburan, dibacakan legenda Putri Jembersari atau riwayat Endang Ratnawati. Alhasil semua orang yang datang mengetahui nama kecil Endang Ratnawati adalah Jembersari.
Maka untuk mengenang jasa sang putri, seluruh warga setuju menamakan desa itu menggunakan Jember. Hingga akhirnya desa itu berkembang menjadi kabupaten seperti saat ini.
Editor : Rizky Agustian