Pahlawan nasional dari Aceh, Sultan Iskandar Muda (laman kemsos.go.id)

SURABAYA, iNews.id - Sultan Iskandar Muda disebut dalam sejumlah sumber asing sebagai penguasa Aceh Darussalam (1607-1636) yang otoriter sekaligus kejam. Sultan gemar menjatuhkan hukuman yang bersifat menyiksa, di luar batas kemanusiaan, termasuk kepada anak dan istrinya.

Pada catatan Belanda dikatakan, hanya karena enggan melakukan sembah, sultan pernah menghukum putranya dengan memaksa memakan tinjanya sendiri. Begitu di dalam mulut, tinja dipaksa untuk ditelan.

Ibu si anak yang notabene istri sultan juga kena getahnya. Dia dianggap bertanggung jawab atas tindak tanduk sang anak yang tidak memiliki etika. Si ibu juga turut disiksa.

“Yaitu dengan menggigit jari-jari ibunya sendiri,” demikian yang tertulis dalam buku Sejarah Nusantara Yang Disembunyikan (2019).

Sultan Iskandar Muda merupakan keturunan dari Sultan Ali Mughayat Syah, yakni pendiri Kesultanan Aceh Darussalam. Ibunya adalah Putri Raja Indra Bangsa atau dikenal Paduka Syah Alam, keturunan Sultan Alauddin Riayat Syah, Sultan Aceh ke-10.

Catatan asing juga menyebut Iskandar Muda berwatak tidak stabil. Hal itu yang membuat dirinya seringkali menjatuhkan hukuman hanya lantaran terpicu oleh emosi. Sebanyak 34 orang kaya karena lamban merespon perintah pernah diganjar hukuman cambuk dan pukulan.

Seorang utusan Portugis ditangkap dan dijebloskan penjara karena menolak menaiki gajah kerajaan yang akan membawanya ke istana. Pada masa itu hukuman kebiri, mengamputasi lengan dan kaki mudah sekali dijatuhkan.

Istana menerapkan aturan hukuman yang disebut asing Traditional Punishment, yakni semua bentuk hukuman yang diterapkan penguasa atas kehendaknya. Hukuman itu berlaku pada semua pelanggaran di luar yurisdiksi agama, utamanya tidak mengindahkan aturan kerajaan atau membangkang perintah penguasa.

“Perundangan dan hukuman sering dilaksanakan atas kehendak pribadi penguasa," katanya.

Agustin De Beaulieu, seorang pelaut Normandie (Perancis) mengatakan raja mudah sekali naik pitam. Dalam suasana hati yang kemrungsung itu, siapapun tak berani membuat usul.

Kendati demikian, pada saat tertentu raja juga mudah kehilangan kesadaran diri (pingsan). Hal itu disinyalir disebabkan gangguan syaraf yang diduga bersifat patologis.

Menurut catatan Agustin De Beaulieu, putra raja yang berusia 18 tahun pernah mengalami hukuman yang begitu menyakitkan.

Sang pangeran telah diberi kekuasaan kerajaan Pedir (sekarang wilayah Pidie). Namun ia dianggap gagal setelah diketahui memerintah dengan kejam sekaligus tidak bermoral. Pangeran tidak hanya ditarik kembali ke istana, tapi juga dihukum dengan siksaan.

Sumber asing bahkan juga menyebut Iskandar Muda pernah menghabisi bayi dengan cara menghantamkan ke dinding lantaran si bayi tidak berhenti menangis.      

Meski berwatak kejam, Sultan Iskandar Muda mampu membawa Aceh Darussalam menjadi kekuatan dominan dengan kekuatan militer besar yang mampu menandingi Portugis. Iskandar Muda juga berhasil membawa rakyat Aceh ke dalam situasi kemakmuran yang mencakup seluruh aspek kehidupan.

Di zamannya, telah berdiri Masjid Raya Baiturrahman yang terkenal kemegahannya. Sultan Iskandar Muda tutup usia pada 27 Desember 1636. 


Editor : Ihya Ulumuddin

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network