Dirinya menuturkan, berdasarkan naskah kuno itu ada seorang perempuan bernama Ken Candrawati yang bersembunyi dan melakukan kawin lari dengan kekasihnya. Disebutkan Ken Candrawati ini kabur ke sebuah wilayah di Malang selatan yang disebut pada naskah itu bernama Bale.
Selanjutnya kata Bale itu akhirnya mengingatkannya pada sebuah tempat bernama Balekambang, yang kini terkenal keindahan pantai di Desa Srigonco, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang. Usai dari Bale, perempuan cantik ini terus bergerak untuk menghindari pernikahan.
"Setelah dari bale menuju Sangguruh. Ini Nama kunonya adalah Sangguruh, bacanya jadi Sengguruh. Dulu sering kali dalam catatan Belanda, sering kali salah tulis, disebut Senggoro. Yang dimaksud Senggoro itu ya Sengguruh ini. Sering kali dituliskan hanya Senggoro. Kalau ditanya lokasinya di mana ya di selatan, di Malang bagian selatan," tuturnya.
Penamaan Sangguruh atau Sengguruh disebutnya, itu yang akhirnya kini menjadi nama Desa Sengguruh, yang berada di Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Bahkan bendungan yang ada di sana pun dinamakan Bendungan Sengguruh sesuai nama daerahnya.
Namun dirinya memprediksi bahwa wilayah Kerajaan Sengguruh ini bukan hanya sekitar area Desa Sengguruh saat ini saja, melainkan meluas dan dipecah menjadi dua atau tiga desa.
"Bisa saja sengguruh dan sekitarnya, karena desa sengguruh itu semula desa yang luas. Kemudian pecah mekar menjadi dua dua desa atau tiga desa. Tapi paling tidak kalau kita lihat lokasi temuannya, selain di Desa Sengguruh sendiri temuan-temuan ini kita dapati di Desa Jenggolo, tetangganya itu hanya berseberangan jalan saja, Sengguruh di timur jalan, Jenggolo di barat jalan," kata dia.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait