MALANG, iNews.id - Ratu Jay Shima dikenal sebagai penguasa perempuan pertama di Tanah Jawa. Dia memimpin Kerajaan Kalingga setelah wafatnya sang suami, Kartikeyasingha.
Kartikeyasingha merupakan pendiri Kerajaan Kalingga yang berada di utara Pulau Jawa. Dia merupakan putra Sribuja, raja Melayu dari Palembang.
Setelah menjadi raja di Kalingga, Kartikeyasingha menikahi Jay Shima. Sumber menyebut Jay Shima putri pendeta dari wilayah Sriwijaya, namun ada yang menyebutnya cucu Santanu dari trah Hyang Sailendra.
Saat Kartikeyasingha berkuasa, rakyat Kalingga sudah mengenal agama dan peradaban. Hal ini dibuktikan dari Prasasti Tukmas dan Prasasti Sojomerto.
Prasasti Tukmas ditemukan di Dakawu, Grabag, Magelang, ditulis dengan huruf Pallawa. Simbol-simbol Hindu Siwa seperti trisula, cakra dan bunga teratai terlihat jelas.
Sementara itu, Prasasti Sojomerto di Batang menguatkan identitas Hindu Siwaisme dalam masyarakat Kalingga. Namun Berita China menyebut rakyat Kalingga beragama Buddha.
Menurut Berita China, pendeta Hwi-ning dari Tiongkok datang ke Kalingga tahun 644. Tujuannya menerjemahkan kitab suci Buddha Hinayana ke dalam Bahasa China.
Dalam penerjemahan itu, Hwi-ning dibantu pendeta Kalingga bernama Janabadra. Fakta ini memperkuat dugaan eksistensi Buddha di wilayah Kalingga.
Hubungan ini memperlihatkan bahwa Kerajaan Kalingga terbuka dalam pertukaran budaya dan agama sejak abad ke-7 Masehi.
Kartikeyasingha menikah dengan Ratu Jay Shima dan memiliki dua putra: Parwati dan Narayana (Iswara). Parwati menikah dengan Rahyang Mandiminyak dari Galuh.
Dari pernikahan ini lahirlah Sannaha, istri Bratasenawa dan ibu dari Sanjaya, pendiri Dinasti Sanjaya. Narayana atau Iswara menjadi raja Kalingga Selatan dan berputra Dewa Singha.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait