Peninggalan Kerajaan Kediri yang diruntuhkan oleh Ken Arok. (Foto: istimewa)

Proses penyatuan Kediri dan Singasari juga berbeda dengan yang diuraikan Pararaton. Menurut Pararaton, penyatuan Singasari dan Kediri berlangsung melalui komplotan Rangga Wuni dan Mahisa Campaka. Masing-masing adalah putera Sang Anusapati dan Mahisa Wungu Teleng.

Profesor Slamet Muljana dalam buku "Tafsir Sejarah Nagarakretagama" mengatakan, Rangg Wuni dan Mahisa Campaka dengan bantuan tentara Rajasa dan Simelir menyerang istana Tohjaya dan berhasil menimbulkan kekacauan.

Pada kekacauan itu, Nararya Tohjaya berusaha untuk melarikan diri. Namun karena menderita luka-luka terpaksa diangkut ke Katang Lumbang hingga akhirnya mangkat.

Sepeninggal Tohjaya, Rangga Wuni naik takhta dan mengambil nama Abhiseka Wisnuwardhana. Sedangkan Mahisa Campaka mengambil nama Abhiseka Narasinghamurti dan menjadi Ratu Angabhaya (raja kedua atau wakil raja). 

Prasasti Mula-Malurung tidak menyinggung soal pemberontakan atau komplotan. Prasasti menguraikan secara biasa bahwa sepeninggal Sang Prabu Tohjaya, Nararya Seminingrat naik takhta berkat dukungan para pembesar, terutama dukungan Sang Pamegat di Ranu Kababyan Sang Apanji Patipati

Berkat dukungan itu, pulih kembali Kerajaan Tumapel atau yang biasa dikenal Singasari. Sebagai balas budi, Sang Prabu Seminingrat atau yang akrab disebut Wisnuwardhana meresmikan Desa Kayu Manis sebagai tanah perdikan bagi para brahmana sebagaimana tertulis pada lempengan III B Prasasti Mula-Malurung. 


Editor : Reza Yunanto

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network