Kedua kubu membentuk Kontact Bureau antara Indonesia dengan tentara Sekutu. Tetapi kesepakatan itu tak membuat Bung Tomo percaya begitu saja.
Terbukti setelag Inggris memperbolehkan menggunakan gedung-gedung penting di Surabaya, Inggris menangkap Moestopo dan dipaksa menunjukkan di mana Kolonel Huijer ditahan.
Tidak sampai di situ saja, pasukan Inggris kemudian menyerbu ke penjara Kalisosok dan membebaskan orang-orang Belanda yang sempat ditahan para pejuang kemerdekaan Indonesia. Bahkan pasukan Inggris juga melucuti kesatuan polisi Republik Indonesia seksi Bubutan dan Nyamplungan.
Toga rangkaian peristiwa itu memicu kemarahan Bung Tomo dan para arek-arek Surabaya. Bung Tomo pun berpidato dengan nada keras, tegas, dan mampu mengobarkan semangat juang rakyat Surabaya.
Setelah pidato itu suasana Kota Surabaya langsung sepi. Para rakyat Surabaya mempersiapkan penyerangan ke tentara Inggris, dengan strategi perang gerilya dan perang rahasia yang diinstruksikan Moestopo dan Bung Tomo.
Pertempuran pun pecah pada malam harinya. Pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) bergerak kembali ke Kota Surabaya. Pertempuran pun terjadi di hampir seluruh Surabaya mengepung semua gedung-gedung yang diduduki oleh tentara Inggris. Mereka kembali menguasai pos-pos yang sempat ditempati tentara Inggris.
Pengepungan selama tiga hari ke tempat-tempat ini membuat tentara Inggris tak dapat berbuat banyak. Mereka tak bisa meminta bantuan ke tempat lain, karena terjebak kepungan. Bahkan mereka kehabisan makanan, air, dan peluru, yang membuat tentara Inggris semakin bingung. Bung Tomo tak mempercayai begitu saja informasi Menteri Penerangan Amir Syarifuddin mengenai adanya tentara Inggris yang tiba di Surabaya untuk mengangkuti tentara Jepang. Sebab sebelumnya tentara Inggris telah terlebih dahulu memasuki Indonesia pada 15 September 1945, misi Inggris dan sekutunya telah tiba di Jakarta.
Sebelumnya para tentara Jepang yang telah menyerah dilucuti oleh pejuang Indonesia, pasca Indonesia memerdekakan diri masih sempat terjadi peperangan di beberapa daerah di Indonesia.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait