SURABAYA, iNews.id - Kisah Pangeran Diponegoro saat bertempur melawan Belanda akan diulas di artikel ini. Pangeran Diponegoro pernah dibikin Marah luar biasa oleh Belanda. Penyebabnya, seorang ulama atau tokoh agama di desa perdikan ditangkap dan hartanya dirampas.
Seorang ulama yang ditangkap yakni Kiai Murmo Wijoyo, guru agama terpandang dan memiliki kekayaan luar biasa.
Konon Kiai Murmo Wijoyo memiliki hubungan dengan ayah Pangeran Diponegoro. Kiai tersebut merupakan salah satu guru agama yang mengunjungi Tegalrejo, kampung halaman Pangeran Diponegoro.
Sang pangeran jelas sangat menghormati kiai tersebut. Karena itu dia sangat marah dan kecewa saat Kiai Murmo Wijoyo ditangkap dan diasingkan ke Ambon.
Peter Carey dalam bukunya 'Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro: 1785 - 1855" menyebut bahwa Belanda saat itu mencoba menguasai harta benda sang kiai yang terkenal kaya itu. Kemudian Belanda dikisahkan menjarah beberapa kekayaan Desa Kepundung.
Nahuys sosok Residen Belanda, mengonfirmasi pendapat ini dengan menunjukkan bahwa penyitaan dan perampasan harta benda Kiai Murmo telah menimbulkan kesan sangat buruk di Keraton Yogya. Sekalipun sang guru agama itu akhirnya diizinkan kembali ke Semarang pada bulan September 1824.
Namun kondisi kesehatan guru agama itu sudah sedemikian buruk dan ia tutup usia tanpa pernah melihat keluarganya lagi. Perlakuan terhadap Kiai Murmo ini bukanlah sesuatu yang istimewa. Nahuys bahkan merasa bangga dengan taktik "tangan besi" itu, di mana ia tak segan-segan memerintahkan penangkapan seorang ulama saat ia sedang mengajar di pesantren.
Sikap semacam ini berkembang semakin kuat menyusul pecahnya Perang Jawa, masa dimana para santri- pemuda Muslim yang sedang belajar agama dapat dijatuhi hukuman mati hanya karena diduga sebagai simpatisan pro-Diponegoro. Di sisi lain, kasus penangkapan Murmo menandai sebuah tahap penting, yakni merosotnya hubungan Diponegoro dengan penguasa kolonial Belanda.
Pengasingan selama enam tahun antara 1816-1824 dan kematian kiai-dari senile dementia (lemah ketuaan), yang berpengaruh ini betul-betul mengguncang jiwa dan menumbuhkan keyakinan pada diri Pangeran bahwa para pejabat jenis baru Belanda pasca-1816 dan para penyewa tanah betul-betul kurang menghormati Islam.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait