MALANG, iNews.id - Kisah mistis pertemuan Pangeran Diponegoro dengan Ratu Kidul di Pantai Selatan. Ketika itu, sang pangeran di usia muda sekitar 20 tahun sedang memulai perjalanan spiritual ke selatan Yogyakarta.
Dia beberapa kali bersemedi mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan berziarah ke beberapa situs penting di selatan Yogyakarta.
Tercatat beberapa daerah seperti di antaranya Parangtritis dan Parangkusumo yang pernah diziarahi sang pangeran pada sekitar tahun 1805. Kala itu Diponegoro membuat perjalanan rutin ke sana selama masa-masa awal pemerintahannya dan punya kebiasaan tinggal di Mancingan selama beberapa hari.
Pondok-pondok kecil terbuka dibangun di tepi laut di Parangkusumo, Parangwedang dan Parangtritis untuk tempat bersemedi dan melakukan upacara yang ditunjukan bagi Dewi Pantai Laut Selatan. Di Parangtritis ada juga bangunan pesanggrahan dari kayu untuk tempat menginap Sultan dan para pengiringnya selama masa kunjungan periodik tersebut.
Peter Carey dalam bukunya "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro: 1785 : 1855" menyebutkan, pemeliharaan bangunan-bangunan itu dan juga makam Syekh Maulana di sana dibiayai keraton, yang mengangkat sejumlah juru kunci. Para juru kunci ini oleh penduduk setempat disebut sebagai wong putihan karena selalu berpakaian warna putih.
Pada Mei 1812, seorang pengunjung asal Belanda mencatat adanya beberapa wong putihan atau juru kunci bersama seorang Jawa muda "dalam sikap keagamaan" di Parangtritis. Dikatakan juga, bahwa penduduk sering datang ke tempat ini untuk berdoa, memohon dikabulkannya permintaan akan hal-hal tertentu didambakan atau meminta petunjuk jalan keluar jika mereka sedang berada dalam kesulitan.
Ketika datang ke Pantai Selatan sebagai pemuda yang masih berumur 20 tahun, Diponegoro mengikuti saja rute yang sudah lama ada. Tujuannya mempersiapkan diri bertemu Ratu Kidul. Dia bersemedi di Gua Langse sampai dua minggu dan berjuang memurnikan segala keinginannya.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait