JAKARTA, iNews.id - Keberadaan Gunung Bromo di Jawa Timur tak lepas dari cerita turun-temurun sosok Rara Anteng dan Jaka Seger. Rara Anteng adalah pengikut Prabu Brawijaya.
Setelah Kerajaan Sengguruh jatuh, dia tak mengikuti Prabu Brawijaya mengungsi ke Panarukan. Rara Anteng memilih menuju Gunung Brama. Dia kemudian menikah dengan Jaka Seger, seorang putra Brahmana.
Pernikahan Rara Anteng dan Jaka Seger melahirkan Purbawisena Mangkurat di Tengger. Dikutip dari 'Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit', nama Tengger merupakan perpaduan Rara Anteng dan Jaka Seger.
Roro Anteng dipercaya sebagai keturunan Kerajaan Majapahit dan titisan dewa yang memiliki paras cantik. Konon, Kiai Bimo diberikan syarat untuk membuat lautan sebelum fajar tiba.
Namun usaha itu gagal karena Roro Anteng sengaja membangunkan ayam-ayam untuk berkokok hingga Kiai Bimo percaya bahwa fajar telah tiba. Hal itu membuat dia sangat marah dan melemparkan sebuah batu besar yang tengkurap dan saat ini dikenal dengan Gunung Batok.
Pernikahan Roro Anteng dan Joko Seger begitu bahagia. Tetapi sayangnya mereka tak kunjung diberi keturunan. Mereka kemudian bertapa di gunung dan mendengar bisikan gaib bahwa mereka akan diberikan anak namun dengan syarat anak terakhir harus dikorbankan ke kawah gunung.
Mereka menyanggupi syarat tersebut. Setelah bertahun-tahun kemudian, Joko Seger mendapatkan mimpi untuk menepati janjinya. Dia memiliki 25 anak dan anak terakhirnya adalah Jaka Kesuma.
Sosok Jaka Kesuma memiliki paras tampan, pintar dan cerdik. Dengan bijaksana Jaka Kesuma menyanggupi permintaan sang ayah demi keluarga dan masyarakat.
Jaka Kesuma diantar ke kawah Gunung Bromo lalu ia menceburkan diri. Namun sebelum menceburkan diri ia sempat berucap untuk minta diberikan hasil panen terbaik setiap tanggal 14 bulan Kasada.
Nama Gunung Bromo berasal dari kepercayaan umat Hindu di sekitarnya. Masyarakat percaya bahwa Gunung Bromo meninggalkan jejak Dewa Brahma.
Selain itu mereka percaya bahwa Gunung Bromo adalah tempat bersemayam dewa yang melindungi mereka yakni Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Siwa.
Editor : Reza Yunanto
Artikel Terkait