“Buka telur ini dan makanlah mentah-mentah”. Tanpa ragu telur jagat yang ada ditangannya, ditelan oleh Ki Juru Taman. Apa yang terjadi? Tubuh rentanya konon sontak meraksasa yang itu membuat Panembahan Senopati kaget dan mundur selangkah.
Dikatakan raja, dengan wujud baru itu Ki Juru Taman telah mendapat kehormatan mengabdi kepada Mataram selama-lamanya. Tugasnya adalah menjaga Gunung Merapi.
Setiap Merapi memperlihatkan tanda hendak meletus, Ki Juru Taman yang bersalin nama Kiai Sapu Jagat (Penyapu dunia) bertugas menenangkannya. Bila erupsi tidak terelakkan, tugasnya adalah mengalirkan semua material yang dimuntahkan Merapi ke jalur aman.
Tujuannya agar tidak terjadi bencana di tanah Mataram, utamanya kerajaan. Kiai Sapujagat menjadi sosok gaib. Sebagai pimpinan tertinggi penjaga Merapi, ia didampingi para danyang yang membantunya.
Di antaranya Kiai Petruk yang digambarkan sosoknya kurus dan berhidung panjang. Tugasnya memimpin pasukan dhemit kerajaan. Kemudian Nyai Gadhung Mlathi, Empu Rama dan Empu Permadi, Kiai Grinjing Wesi dan Grinjing Kawat, Kiai Branjangwesi, Kiai Kricikwesi, Kiai Bramagedali, Kiai Wola-wali dan Raden Ringin Anom.
Semuanya diyakini sebagian besar masyarakat Yogyakarta dan Jawa Tengah sebagai makhluk gaib. Agar konsistensi Kiai Sapu Jagat dalam menjaga Gunung Merapi tidak berubah, penguasa keraton Mataram dan masyarakat rutin setiap tahun menggelar ritual Labuhan Merapi.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait