Salah satu peninggalan mataram kuno. (Foto: storymap).

Saat itu, dia tengah bertapa di barat daya wilayah Tarub, di sebuah hutan bernama Renceh. Ki Ageng berada di sebuah gubuk. Sedangkan Jaka Tingkir, muridnya berada di batu lompatan.

Tapa berlangsung tujuh hari tujuh malam. Pada suatu malam ia mendapat isyarah atau jawaban yang datang melalui mimpi.

Dalam buku “Pajang, Pergolakan Spiritual, Politik & Budaya”, diriwiyatkan, wahyu yang diharapkan tidak jatuh kepadanya, melainkan kepada Jaka Tingkir, muridnya.

Mimpi itu mengandung makna, ikhtiar Ki Ageng Sela untuk menurunkan raja-raja besar sudah didahului Jaka Tingkir. Ki Ageng Sela diceritakan merasa kecewa, namun berserah diri kepada Yang Maha Kuasa.

Ki Ageng Sela kepada Jaka Tingkir menyampaikan pesan: “Nanging Thole, ing buri turunku kena nyambungi ing wahyumu” (Tetapi Nak, kelak turunanku dapat melanjutkan wahyumu).

Sejarah mencatat, berdirinya Kerajaan Mataram Islam dengan raja pertama Panembahan Senopati (1586-1601) berlangsung setelah Kerajaan Pajang, runtuh. Danang Sutawijaya yang bergelar Panembahan Senopati merupakan keturunan Ki Ageng Sela. 


Editor : Ihya Ulumuddin

Sebelumnya
Halaman :
1 2 3

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network