Patih Djojodigdo mangkat pada 11 Maret 1909 dan bermakam di pesarean Djojodigdan yang saat ini terdapat 125 makam.
Sebuah keranda mayat berukir berada di atas pusara Eyang Djojodigdan. Empat tiyang besi menyangganya.
Hal itu yang membuat Pesarean Djojodigdan juga memiliki sebutan Pesarean Makam Gantung. Sebutan gantung merujuk pada kepercayaan jasad pengamal Ajian Pancasona akan hidup kembali saat menyentuh tanah. Mbah Lasiman membantah semua itu. Menurut dia, di dalam keranda yang tergantung tersebut berisi pusaka, pakaian atau ageman Eyang Djojodigdo dan ilmu Pancasona.
Sementara jasad Eyang Djojodigdo tetap dimakamkan seperti pada umumnya orang meninggal dunia.
“Yang digantung itu bukan jenazah. Melainkan pusaka, ageman eyang dan ilmu Pancasona,” katanya.
Editor : Nani Suherni
Artikel Terkait