Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya tidak lepas dari strategi dan karomah Kiai Abbas Buntet Cirebon yang memimpin laskar Hizbullah.(Foto: Arsip Nasional)

Menurut KH Amiruddin, saat perang 10 November, Kiai Abbas dengan karomahnya, bukan hanya berada di satu tempat. Tapi di dua tempat. Yaitu di pusat kota dan di pesisir pantai Surabaya. Di pesisir pantai itulah, Kiai Abbas menghancurkan puluhan pesawat milik sekutu dengan hanya mengibaskan sorbannya ke atas langit.

Diceritakan juga oleh salah satu santri dari daerah Rembang yang ikut berjuang pada pertempuran Surabaya, Kiai Abbas menggunakan sorbannya, dilepaskan dan dikibaskannya ke langit, ke arah pesawat Tentara Sekutu yang mengakibatkannya jatuh dan meledak.

Di cerita yang lain beliau banyak menjatuhkan pesawat musuh hanya dengan biji tasbih yang dilemparkan ke arah pesawat-pesawat tempur. Hal tersebut sebagai komandan Hizbullah sudah barang tentu memberikan semangat perlawanan pada rakyat Indonesia yang sedang bertempur. 

Di tengah pertempuran ketika Kiai Abbas berhadapan dengan tentara Sekutu yang dengan gencarnya menembaki, Kiai Abbas yang pada saat itu memakai alas kaki bakiak beliau berdiri di depan halaman masjid kemudian beliau membaca doa dengan menengadahkan kedua tangannya ke langit. 

Ketika sedang berdoa seketika alu-alu dan lesung dari rumah-rumah berhamburan menerjang tentara Sekutu. Suaranya bergemuruh sehingga pihak musuh berhasil dipukul mundur.

Cicit Kiai Abbas, Ayub Abdul Rokhman menuturkan, peran Allah dalam hal itu sangat besar diluar logika manusia. Apabila dilogikakan, ilmuan manapun juga tidak akan setuju biji tasbih atau batu kerikil dan jubah bisa jadi bom apabila dikaji secara mendalam. 

“Ada kemungkinan lain yaitu yang melakukan hal tersebut adalah khodam-khodamnya Kiai Abbas, bisa saja khodam tersebut membawa bom tetapi terlihat oleh mata biasa seperti batu kerikil. Ini segala kemungkinannya masih menjadi misteri yang tidak bisa dipecahkan secara akal,” katanya.

Cucu salah satu pendiri Pesantren Buntet Cirebon, Hj Uswatun Hasanah MAg menuturkan, Kiai Abbas datang ke Surabaya bersama Kiai Annas adiknya dan santri pilihannya yaitu anaknya kiai-kiai termasuk KH Bushrol Karim dan beberapa kiai yang lain, seperti Kiyai Abdul Wahid yang dianggap sebagai asisten pribadinya, kemudian Kiyai Abdul Wahid yang membawa bakiak. 

Perjalanannya dengan menggunakan kereta dari Buntet kemudian turun di Rembang menemui KH Bisri Musthofa, setelah dari Rembang kemudian Kiai Abbas berangkat ke Tebuireng dan ke Surabaya.


Editor : Kastolani Marzuki

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3 4
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network