“Bahwa pelaku atau dalang Gerakan 30 September itu adalah PKI,” demikian dikutip dari buku Benturan NU-PKI 1948-1965 (2013).
NU sudah lama berhadap-hadapan dengan PKI, yakni terutama sejak Masyumi dan PSI dibubarkan karena dianggap terlibat pemberontakan PRRI/Permesta.
Di sejumlah daerah, yakni terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah yang menjadi basis suara PKI dan NU, massa Ansor NU kerap bentrok dengan orang-orang BTI, Pemuda Rakyat dan Gerwani.
Jelang peristiwa G30S PKI, perkelahian antara orang-orang NU dengan orang-orang PKI di Kediri, Blitar dan Surabaya sering terjadi. Konflik dipicu ulah orang-orang PKI BTI yang melakukan aksi sepihak terkait pelaksanaan program landreform.
Banyak aset tanah milik kiai NU, PNI dan Masyumi yang tiba-tiba diambil alih orang-orang PKI dengan dalih menegakkan program landreform. Orang-orang PKI di Kediri juga menyerang pondok pesantren.
Karenanya begitu meletus peristiwa G30S PKI, yakni dengan diculiknya para perwira tinggi angkatan darat, para pimpinan NU yang tabayyun langsung menyimpulkan PKI berada di belakang peristiwa itu.
Sebagai sikap politik terhadap peristiwa G30S PKI, pada 1 Oktober 1965, NU langsung mengeluarkan pernyataan sikap. Pertama, NU mencela dengan keras tindakan perebutan kekuasaan oleh apa yang menamakan dirinya Gerakan 30 September. Kedua, NU menolak dan menentang pembentukan Dewan Revolusi.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait