MALANG, iNews.id - Hayam Wuruk menjadi raja termasyhur Kerajaan Majapahit yang memerintah tahun 1350-1389. Dia bergelar Maharaja Sri Rājasanagara yang membawa Majapahit mencapai puncak kejayaannya.
Hayam Wuruk lahir tahun 1334 dan menurut kitab Kakawin Nagarakretagama (Desawarnana) peristiwa kelahirannya ditandai dengan gempa bumi di 'Pabanyu Pindah' dan letusan Gunung Kelud. Pada tahun itu pula Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa.
Gempa bumi di masa Kerajaan Majapahit selalu dikaitkan dengan pertanda suatu peristiwa besar. Di naskah kuno yang digubah Mpu Prapanca yakni Pararaton dan Nagarakretagama menggambarkan bagaimana gempa bumi memang beberapa kali mengguncang Kerajaan Majapahit.
Peristiwa ini tergambar pada buku Prof Slamet Muljana "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit" yang terjadi usai Perang Sadeng. Kala itu sehabis Perang Sadeng, Aria Tadah sang patih amangkubhumi merasa dia kurang tepat untuk mengemban tugas.
Kemudian Aria Tadah meminta untuk dibebastugaskan alias mengundurkan diri dari jabatannya. Sebagai gantinya Aria Tadah meminta Raja Tribhuwana Tunggadewi mengangkat Gajah Mada yang telah punya pengalaman sebagai patih Daha, wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit selama 3 tahun.
Pengalaman itu dirasa Aria Tadah bahwa Gajah Mada mampu diserahi tugas baru yang lebih berat. Dari sanalah akhirnya sang raja mempertimbangkan saran dari Aria Tadah dengan menunjuk Gajah Mada sebagai patih amangkubhumi yang kosong.
Namun sebelum resmi jabatan patih amangkubhumi diisi Gajah Mada, ada suatu fenomena besar adanya gempa bumi yang mengguncang wilayah Kerajaan Majapahit. Konon Pararaton mengisahkan itu menjadi isyarat akan adanya perubahan besar di Kerajaan Majapahit.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait