MADIUN, iNews.id – Perjalanan politik Amir Syarifuddin, bekas menteri Pertahanan Indonesia berlangsung kontroversial. Delegasi Indonesia pada perjanjian Renville itu ditangkap karena dianggap paling bertanggung jawab atas meletusnya peristiwa PKI Madiun 1948.
Peristiwa itu berlangsung pada 30 November 1948. Amir diringkus di wilayah Kelambu, Purwodadi, Jawa Tengah bersama dua orang kolega politiknya, yakni Harjono (ketua SOBSI) dan Suripno (mantan menteri). Ketiganya dijebloskan ke dalam penjara Kudus, Jawa Tengah oleh batalyon Kemal Idris,
Penangkapan itu memperlihatkan alur gerak politik Amir Syarifuddin berputar begitu cepat. Pada 7 September 1948, Amir yang meninggalkan Yogyakarta bersama Musso dan Harjono masih melakukan roadshow politik.
Amir tercatat bukan lagi perdana menteri dan menteri pertahanan. Pada 22 Januari 1948, Soekarno atau Bung Karno secara resmi mengumumkan pengunduran diri pemerintahan Amir.
Soekarno telah menunjuk Wakil Presiden Moh Hatta untuk membentuk pemerintah baru. Amir kemudian memutuskan keluar dari Ibu Kota Yogyakarta. Laki-laki kelahiran Medan 27 April 1907 itu terus bergerak.
Terhitung mulai 7 September 1948, Amir selama sepekan menghadiri rapat-rapat umum yang berlangsung di sejumlah daerah. Pada 7 September 1948 Amir hadir di kongres serikat buruh gula di Solo, Jawa Tengah.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait