SURABAYA, iNews.id - Kehidupan di pelosok desa pedalaman Trenggalek Jawa Timur mungkin belum banyak yang tahu. Selain karena jarang terekspose, lokasi desa-desa tersebut juga berada jauh dari pusat kota Kabupaten Trenggalek.
Berdasarkan topografinya, desa pedalaman Trgenggalek umumnya berada di daerah perbukitan. Akses menuju ke lokasi tentu tidak mudah, kendati sudah ada transportasi seperti mobil maupun motor. Apalagi, wilayah Kabupaten Trenggalek juga cukup luas, yakni 1.261,40 km². Wilayah ini terbagi atas 14 kecamatan, lima kelurahan dan 152 desa.
Berdasarkan catatan Wikipedia, pada tahun 2017, jumlah penduduk Kabupaten Trenggalek mencapai 736.629 jiwa dengan luas wilayah 1.147,22 km² dan sebaran penduduk 642 jiwa per kilometer persegi. Kondisi ini menunjukkan wilayah Trenggalek belum begitu padat.
Layaknya masyarakat pedesaan, penduduk desa di pedalaman Trenggalek umumnya bermatapencaharian sebagai petani, terutama yang tinggal di wilayah perbukitan. Selain sawah, mereka juga memanfaatkan lereng-lereng bukit untuk bercocok tanam.
Lalu, seperti apa kehidupan keseharian mereka, berikut ulasannya:
Permukiman
Rumah-rumah di pelosok desa pedalaman Trenggalek umumya terbuat dari papan kayu atau anyaman bambu (gedhek). Ukurannya juga tidak terlalu besar, menyesuaikan luas tanah dan jumlah penghuninya.
Sementara lantainya juga masih berupa tanah biasa. Namun, beberapa di antaranya juga sudah dipugar, diganti dengan tembok batu bata atau bahkan berkeramik.
Rumah-rumah ini biasanya milik mereka yang ekonominya lebih baik. Atau mereka yang anggota keluarganya bekerja di kota menjadi buruh pabrik atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.
Di samping kanan dan kiri rumah tedapat tumpukan kayu kering untuk memasak. Sebab, umumnya mereka masih menggunakan tungku atau pawon. Kayu-kayu itu mereka tata dengan rapi dan akan diambil seperlunya untuk memasak.
Di belakang rumah, biasanya terdapat kandang ayam, kambing atau juga sapi. Hewan-hewan itu mereka pelihara secara konvensional, sekadar berkembang biak dan bisa menjadi tabungan.
Dikutip dari akun YouTube @tobilvlog, rumah di pelosok desa pedalaman Trenggalek umumnya bergerombol. Namun, letaknya berjauhan. Antara rumah satu dengan rumah lainnya dipisahkan dengan pekarangan di sekeliling rumah, kandang atau menyesuaikan kontur tanah perbukitan yang mereka tempati.
Letaknya juga tidak beraturan seperti perkampungan pada umumnya. Ada yang di atas di bawah atau bahkan menjorok di ujung tebing.
Potret itu seperti terlihat di Desa Ngregani, Kecamatan Dongko. Sebuah wilayah di Kabupaten Trenggalek yang berbatasan dengan Kabupaten Pacitan.
Mata Pencaharian
Mata pencaharian masyarakat di pelosok desa pedalaman umumnya bertani. Mereka memanfaatkan ladang atau kebun peninggalan orang tua mereka secara turun temurun untuk bercocok tanam, seperti menanam padi, jagung, ketela, sayuran atau juga tanaman buah.
Hasil panen itu biasanya mereka bawa ke pasar atau kota untuk dijual dan sebagian lagi mereka simpan sebagai cadangan untuk dikonsumsi sendiri. Sebab, umumnya, ladang atau kebun yang dimiliki warga di desa pedalaman juga tidak terlalu luas.
Jenis pekerjaan ini dilakukan oleh semua orang, termasuk perempuan dan lansia. Di Desa Ngregani, Kecamatan Dongko, misalnya, pemandangan ibu-ibu mengangkat tumpukan kayu bakar bisa kita jumpai setiap hari. Atau para lansia yang pulang dan pergi membawa ikatan rumput untuk hewan ternaknya.
Namun, pada perkembangannya, beberapa di antara mereka juga ada yang mengadu nasib ke luar negeri menjadi TKI atau juga menjadi buruh pabrik di kota. Setiap bulan, mereka akan mengirim uang kepada keluarga di rumah untuk ditabung, membeli motor atau bahkan membangun rumah.
Kehidupan Sosial
Sebagaimana ciri masyarakat pedesaan, kehidupan sosial masyarakat di pelosok desa pedalaman Trenggalek sangat tentram dan damai. Kehidupan bertetangga juga terjalin sangat erat, sehingga segala sesuatu selalu dikerjakan bersama-sama.
Saat ada yang membangun rumah misalnya, warga di desa pedalaman ini akan berkumpul dan bergotong royong untuk membantu. Begitu juga saat ada hajatan. Ketika ada yang meninggal atau sakit, mereka akan berduyun-duyun datang untuk menjenguk sambil membawa sesuatu sebagai bentuk empati.
Mereka juga kerap kali berkumpul dan berkunjung untuk sekadar ngobrol. Aktivitas ini biasanya mereka lakukan selepas pulang dari ladang atau malam hari selepas magrib.
Selain itu warga masyarakatnya juga sangat ramah. Siapa pun tamu yang datang akan disambut dengan hangat. Mereka akan dipersilakan singgah dan dijamu dengan baik.
Aktivitas Masyarakat
Aktivitas masyarakat di pedalaman Trenggalek dimulai sejak sepelas subuh. Begitu azan berkumandang, warga yang beragama Islam akan berduyun-duyun ke masjid atau musala untuk beribadah.
Saat itu, tungku-tungku di dalam rumah sudah mulai menyala, waktunya bagi para perempuan menyiapkan makanan untuk sarapan dan bekal sebelum ke ladang.
Begitu matahari terbit, mereka akan pergi ke ladang. Melakukan apa saja untuk menyambung hidup. Mereka baru akan pulang setelah azan zuhur berkumandang, sambil membawa rumput, kayu hingga hasil ladang.
Di sore hari, mereka akan duduk-duduk di teras rumah, bertetangga dan lainnya. Sementara anak-anak mulai berdandan rapi untuk pergi mengaji.
Suasana Kampung
Hidup di pelosok desa pedalaman Trenggalek boleh jadi akan merasa tentram dan damai. Sebab, wilayah pedalaman ini jauh dari ingar bingar perkotaan.
Suara bising kendaraan bermotor juga nyaris tidak pernah terdengar. Sebab akses jalan raya dengan permukiman mereka jaraknya juga cukup jauh. Paling-paling yang dominan hanya suara kicau burung di atas pohon atau aktivitas warga menebang kayu bakar.
Bagaimana tidak, pepohonan di wilayah pedalaman Trenggalek ini masih cukup rindang. Setiap kali memandang, yang tampak adalah dedaunan hijau yang asri.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait