Ilustrasi massa rakyat menuntut pembubaran PKI. (Foto: Ist)

"Jadi kalau tokoh-tokoh Malang, tokoh-tokoh kiri tapi tidak semua tokoh kiri pro-PKI. Bisa pro Murba, Akoma, keterkaitan dengan Madiun 48 nggak ada. Kalau ada tokoh-tokoh yang memang memiliki kaitan dengan orang-orang terlibat peristiwa itu ada jelas, karena Ibnu Parna sosok yang sangat kontra dengan Amir," katanya.

Menariknya dari catatan dosen di Binus University Malang ini, daerah Malang justru menjadi kantong-kantong suara PKI di Pemilu 1955. Roda partai berhasil menggerakkan kaum buruh dari pabrik gula, buruh transportasi dan buruh lainnya untuk bergerak.

Bahkan PKI pernah menjadi partai politik dengan mengumpulkan massa hingga mencapai 200.000 orang.

"Tidak heran kalau suara PKI di Malang di tahun 55 cukup besar dan diperhitungkan. Soal bertemunya Masyumi dan PKI rapat Akbar di Alun-Alun Kota Malang itu menjadi salah satu pertemuan akrab yang luar biasa besar. Padahal antara Masyumi dan PKI terjadi gesekan luar biasa besar saat itu," kata dosen sejarah ini.

Usai peristiwa berdarah di 30 September 1965, banyak simpatisan PKI di Malang yang juga turut menjadi korban. Mereka yang dituduh komunis dan dicap terlibat langsung dijatuhi hukuman.

"Di Malang usai Gerakan 30 September kemudian ada banyak orang-orang yang dituduh komunis dan dicap terlibat 30 September, kemudian dieksekusi dan diasingkan ke Pulau Buru (Ambon, Maluku)," ucapnya.

Tapi Faishal belum mengetahui persis catatan sejarahnya di titik mana saja lokasi eksekusi para simpatisan PKI di Malang. Hanya beberapa referensi dan cerita-cerita salah satu lokasi pembuangan jasad simpatisan PKI berada di Jurang Mayit, di Desa Srigonco, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang.


Editor : Donald Karouw

Sebelumnya
Halaman :
1 2

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network