Ketiga, ‘barang siapa yang berjalan pada posisinya, maka dia akan sampai pada tujuannya.
Pesan filosofis tersebut ditulis dalam bahasa arab, lengkap dengan terjemahannya. Tujuannya, setiap orang bisa membaca dan mengamalkannya.
Tak hanya itu, Kiai Baidowi juga rutin membaca syair Al-i’tiraf (ilahilas), karangan Abu Nawas setiap hari. Syair doa Abu Nawas tersebut selalu dibaca Kiai Baidowi setiap selesai salat lima waktu, termasuk selesai salat Jumat.
Putra keempat Kiai Baidowi, Sofyan Ahmad mengatakan, di luar amalan tersebut, ayahnya juga merupakan sosok yang istikamah menjalankan amal saleh. “Beliau juga menganut tarekat Naqsabandiyah,” katanya.
Sementara itu, sebelum meninggal, Kiai Baidowi, kata Sofyan juga meninggalkan wasiat penting, yakni selalu menjaga kerukunan umat beragama. “Bapak juga meminta agar kami semua tidak keluar dari (jamiyah) Nahdlatul Ulama (NU),” katanya.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait