Selain itu, pesawat pada divisi ini harus menjatuhkan beban seberat 0,5 kilogram pada titik koordinat yang telah ditentukan.
Heri menilai, tim Anaryadirga memang belum siap 100 persen karena banyaknya tugas yang harus dikerjakan. Selain itu, ia mengungkapkan bahwa terdapat kesalahan dalam menginterpretasi perintah dari juri. Pemetaan divisi ini masih jelek karena tim menghabiskan waktu untuk pengembangan wahana.
Kendati demikian, Heri cukup puas dengan perolehan tim ITS pada KRTI 2020. Sebab untuk pertama kalinya, ITS mampu merebut gelar juara umum yang sebelumnya selalu dipegang kampus lain. Menurutnya, ini merupakan puncak prestasi yang luar biasa sekali bagi tim robot terbang ITS.
“Ke depan, kita harus dapat mempertahankan, lebih semangat, dan lebih inovatif untuk mengembangkan ide-ide dan strategi yang harus kita lakukan. Terus terang, mempertahankan itu lebih susah daripada memperebutkan,” kata dia.
Editor : Zen Teguh
Artikel Terkait