SURABAYA, iNews.id - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa berharap Kota Surabaya tetap menjadi barometer kebangkitan ekonomi Jatim. Pesan ini disampaikan Khofifah saat menghadiri acara serah terima jabatan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan Armuji di Kantor DPRD Surabaya, Senin (1/3/2021).
Khofifah mengatakan, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Pahlawan saat ini menyumbang 24,11 persen terhadap PDRB Jatim. “Maka, kami minta agar apa yang telah dicapai Kota Surabaya untuk tetap dipertahankan dan bahkan lebih ditingkatkan lagi,” katanya.
Khofifah mengatakan, kebangkitan ekonomi sangat penting agar daya beli masyarakat kembali meningkat, sehingga, kata dia, tidak boleh ada pelemasan atau pelemahan akibat pandemi Covid-19 yang telah berjalan selama setahun.
“Jadi semua harus pada proses percepatan untuk membangun kebangkitan ekonomi di Jawa Timur, terutama episentrumnya, yang menjadi sentra ini adalah Surabaya," ujarnya.
Disisi lain, orang nomor satu di Jatim itu meminta agar sinergitas dan kolaborasi terus ditingkatkan antara Pemkot Surabaya dengan Pemprov Jatim. Dia menyebut, ada 77 proyek strategis dari Program Strategis Nasional (PSN) yang dituangkan dalam Perpres 80 tahun 2019 tentang percepatan pembangunan ekonomi di Jatim.
“Sebagian besar proyek-proyek tersebut berada di Surabaya,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Khofifah menginisiasi terbentuknya sister city antara Kota Surabaya dan Kabupaten Sampang. Menurut Khofifah, sister city ini untuk mengurangi ketimpangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Kota Surabaya IPM-nya mencapai angka 82 dan menjadi yang tertinggi di Jatim. Sedangkan IPM Kabupaten Sampang sebesar 62 dan menjadi yang terendah di Jatim.
"Saya ingin mengajak semacam sister city, ada SDM-SDM dari Surabaya yang akan mensupport percepatan penguatan IPM di Sampang,"tuturnya.
Ketua Umum PP Muslimat NU itu juga mengharapkan ada upaya percepatan dan intervensi detail yang dilakukan Pemkot Surabaya terkait Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Diketahui, AKI dan AKB di Surabaya berada di posisi 5 besar nasional.
"Menurunkan AKI dan AKB harus dilakukan intervensi secara detail dan mungkin dengan sinergitas yang lebih komprehensif. Maka, sinergitas harus terus dilakukan agar bisa memberikan penurunan secara lebih signifikan,” katanya.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait