Guguran lava pijar sejauh 1 km, disertai dengan awan panas meluncur dari kawah Jonggring Saloko, Gunung Semeru, pada Sabtu (28/11/2020) dini hari. (Foto/Dok. Pos Pantau Gunung Api Semeru)

“Apabila terjadi sumbatan dan ada dorongan energi yang besar dari dalam kawah, dikawatirkan akan memicu munculnya pergerakan magma menembus celah batuan yang lebih muda di sekitar kawah,” terang pria asli Pronojiwo, Kabupaten Lumajang.

Dia menyebutkan, dalam sejarahnya kawah Gunung Semeru terus berpindah-pindah. Pada awalnya, kawah berada di wilayah Ayeg-ayeg, lalu Kalimati, terus berpindah ke Mahameru, dan saat ini berada di Jonggring Saloko.

Periode perpindahannya, diakuinya belum pernah diketahui berapa ratus tahun terjadinya. Namun, yang pasti, kawah Jonggring Saloko sebagai kawah termuda usianya sudah mencapai ratusan tahun.

Pada tahun 1941, dia menyebutkan, sempat terjadi letusan magma di kawah baru, yang dikenal masyarakat sebagai Kawah Kemerling. Letusan magma ini terjadi di bawah Kawah Jonggring Saloko, dan berjarak sekitar 4 km dari pemukiman warga.

Potensi bahaya bencana alam lainnya dari Gunung Semeru, yang memiliki tipe letusan stombolian dengan kubah lava tersebut, menurut Liswanto yakni adanya guguran awan panas dari puncak gunung. “Tahun 1994 luncuran awan panas mencapai 14 km dari puncak, sementara tahun 2006 mencapai sejauh 4 km dari puncak,” katanya.


Editor : Ihya Ulumuddin

Sebelumnya
Halaman :
1 2 3

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network