7. Mohammad Noer
Raden Panji Mohammad Noer memimpin Provinsi Jatim sejak 1967 hingga 1976. Dia meniti karier dari bawah sebagai pegawai magang di Kantor Kabupaten Sumenep, Asisten Wedana, Patih (Wakil Bupati), Bupati Kabupaten Bangkalan, Residen (Pembantu Gubernur), Pejabat Sementara Gubernur Jawa Timur, hingga menjadi seorang Gubernur Jawa Timur.
“Agawe Wong Cilik Melu Gumuyu” (membuat rakyat kecil ikut tertawa) adalah ungkapan terkenal yang disampaikannya di depan Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Maret 1973, sebagai Ketua Fraksi Utusan Daerah. Sejak itu ia sering disebut dengan "gubernurnya rakyat kecil". Dia akrab disapa masyarakat Jawa Timur dengan sebutan Cak Noer.
Mohammad Noer juga pernah bertugas sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Prancis. Saat itu ia berhasil mempromosikan potensi wisata Indonesia di mata dunia.
Mohammad Noer dikenal pula sebagai penggagas Jembatan Suramadu yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Madura, daerah asalnya, yang telah ia impikan sejak menjadi Patih (Wakil Bupati) Kabupaten Bangkalan pada tahun 1950-an.
8. Soenandar Prijosoedarmo
Soenandar Prijosoedarmo adalah gubernur Jawa Timur periode 1978-1983. Selain itu, dia juga pernah menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Utara periode 1965-1966.
Dia merupakan pensiunan ABRI. Dia diangkat menjadi Gubernur Jawa Timur menggantikan Mohammad Noer. Setelah menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur, ia kemudian diangkat sebagai anggota DPR dan menjadi Wakil Ketua DPR/MPR.
Dia terkenal saat menjabat komandan Batalyon Merak 504 Kala itu menjadi benteng tiga daerah, yakni Jombang, Kediri dan Malang. Dia bermarkas di di Desa Jombok, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang.
9. Wahono
Wahono menjabat sebagai gubernur Jatim pada periode 1983-1988. Dia merupakan politikus Indonesia yang pernah menjabat sebagai Ketua MPR pada masa Orde Baru.
Karier militer yang pernah dijabatnya antara lain Penjabat Pangkostrad (1969–1970), Pangdam VIII/Brawijaya (1970–1972), Pangkostrad (1972–1973), Pangkostranas (1973–1974), Deputi Kasad (1974–1977), Dubes RI di Burma dan Nepal (1977–1981), Dirjen Bea Cukai (1981–1983), Gubernur Jawa Timur (1983–1988), dan Ketua DPR/MPR (1992–1997).
10. Soelarso
Soelarso adalah gubernur Jawa Timur periode 1988—1993. Dua diangkat menjadi Gubernur Jawa Timur menggantikan Wahono.
11. Moch Basofi Sudirman
Moch Basofi Sudirman menjabat sebagai gubernur Jawa Timur periode 1993–1998. Sebelumnya Dia pernah menjabat sebagai Kasdam I/Bukit Barisan (1986-1987) dan Wakil Gubernur Jakarta tahun (1987–1992).
Selain piawai memimpin pemerintahan, Basofi Sudirman juga terkenal pandai menciptakan lagu sekaligus menyanyi. Beberapa karyanya bahkan sangat populer, di antaranya lagu dangdut berjudul Tidak Semua Laki-laki.
Basofi Sudirman merupakan Putra dari Letjen TNI (Purn.) H. Soedirman yang merupakan tokoh terkenal di Bojonegoro, dan merupakan pahlawan nasional dari Kabupaten Bojonegoro.
12. Imam Utomo Soeparno
Imam Utomo Soeparno adalah Gubernur Jawa Timur periode 1998-2003 dan 2003-2008. Imam Utomo sebelumnya pernah menjabat sebagai Pangdam V/Brawijaya pada (1995-1997).
Ia merupakan salah satu gubernur di Indonesia yang mengalami empat kali pemerintahan, masing-masing yaitu Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden Abdurrahman Wahid, Presiden Megawati Soekarnoputri, dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
13. Soekarwo
Soekarwo menjabat gubernur Jatim dari tahun 2009 hingga 2019. Soekarwo merupakan birokrat sukses. Kariernya diawali sebagai Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) hingga menjabat sebagai Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur sejak 2003 hingga 2008.
Di usia pensiun, Soekarwo terjun ke politik dan bergabung dengan Partai Demokrat. Dunia politik ini pula yang mengantarkan Soekarwo menjadi gubernur Jatim hingga dua periode.
Soekarwo menamatkan pendidikannya di SD Negeri Palur Madiun (1962), SMP Negeri 2 Ponorogo (1965), serta SMAK Sosial Madiun (1969). Gelar sarjana hukum diperolehnya di Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya (1979), sementara gelar pascasarjana hukum di Universitas Surabaya (1996), dan gelar doktornya di Universitas Diponegoro Semarang (2004).
14. Khofifah Indar Parawansa
Khofifah Indar Parawansa memimpin Jawa Timur sejak 2019 hingga sekarang. Perempuan kelahiran Surabaya 19 Mei 1965 ini dikenal sebagai aktivis perempuan yang mumpuni, memiliki karir cemerlang di dunia politik dan punya prestasi mentereng.
Namanya dikenal pada catur perpolitikan dalam negeri semenjak dia membawakan pidato terkait pernyataan sikap Fraksi Persatuan Pembangunan (F-PP) dalam Sidang Umum MPR 1998 silam yang membahas tentang Orde Baru dalam ajang formal nasional setingkat Sidang Umum MPR.
Kecerdasan Khofifah dalam mengritik rezim Orde Baru yang tengah berkuasa menjadikan sosoknya sebagai politisi yang disegani di tanah air.
Khofifah mengawali karir politik pada tahun 1992 saat masih berusia 27 tahun. Saat itu dia menjadi anggota DPR-RI dari perwakilan Partai Persatuan dan Pembangunan (PPP) periode 1992-1998.
Di luar dunia politik, Khofifah juga aktif dalam organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU). Mantan aktivis PMII bahkan tercatat sebagai Ketua Umum PP Muslimat NU selama empat periode hingga sekarang. Kiprah dan dedikasinya yang cukup besar pada jamiyah Nahdlatul Ulama menjadikan Khififah selalu diberi kepercayaan untuk memimpin.
Sumber: - Wikipedia
- Jatimprov.go.id
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait