Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. (istmewa).

SURABAYA, iNews.id - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa masih mengungguli kandidat lain dengan elektabilitas di atas 30 persen. Meski begitu menurut beberapa politisi angka tersebut belum aman bagi seorang incumbent. 

Berdasarkan survei Accurate Research and Consulting Indonesia (ARCI), tingkat elektabilitas Gubernur Khofifah mencapai 37,25 prsen. Survei ARCI dilakukan pada 5-12 September 2022. 

Sedangkan dari hasil survei lembaga Surabaya Survey Center (SSC), elektabilitas Ketua Muslimat NU itu malah lebih rendah lagi, yakni 30,0 persen. Survei SSC dilaksanakan dari 1 hingga 10 Agustus 2022 di 38 kabupaten/kota di Jatim dan dirilis di Surabaya. 

Menanggapi hal itu Ketua DPD Partai Golkar Jatim M Sarmuji menilai, elektabilitas dibawah 40 persen bukan merupakan angka yang aman untuk seorang calon kepala daerah incumbent. 

Sarmuji mengatakan, ada banyak kemungkinan elektabilitas Khofifah dibawah batas aman. Menurutnya, Khofifah sudah bertranformasi dari seorang calon gubernur menjadi seorang calon presiden (capres) atau calon wakil presiden (cawapres), sehingga, pemilih menjadi terbelah.

"(Pemilih) Ada yang ingin tetap jadi gubernur dan ada yang ingin jadi capres atau cawapres. Sehingga, datanya menjadi bisa. Akhirnya elektabilitas dibawah 40 persen," katanya dalam acara Sarasehan Politik Jawa Timur di salah satu hotel di Surabaya, Jumat (23/9/2022). 

Kemudian, lanjut dia, Khofifah memiliki jaringan organisasi masyarakat (ormas) Muslimat NU. Jaringan ini, kata dia, lebih cenderung diam. Ibarat listrik, ketika belum dipencet, lampunya tidak akan menyala. 

Sarmuji mencontohkan, pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf pada Juli 2013 atau setahun sebelum Pilgub, elektabilitasnya mencapai 62,5 persen. "Kesimpulannya, secara umum bu gubernur (Khofifah) harus mencermati lembaga-lembaga survey yang menempatkan elektabilitasnya di bawah 40 persen. Karena ini tidak banyak menguntungkan," katanya.

Sarmuji mengungkapkan, ada banyak capres yang tertarik untuk menggandeng Khofifah, seperti Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Ganjar Pranowo maupun Airlangga Hartarto. Karenanyam Khofifah memiliki peluang besar untuk masuk ke pentas nasional. 

"Ini barangkali yang mempengaruhi elektabiitas Khofifah jadi turun. Karena bias, antara jadi gubernur, capres atau cawapres," tuturnya. 

Sementara itu, Anggota Fraksi PKB DPRD Jatim Hikmah Bafaqih yang juga hadir dalam acara ini mengatakan, bukan perkara mudah untuk memimpin selama masa pandemi Covid-19. Meski begitu, Khofifah mampu mencatatkan sejumlah prestasi. 

Beberapa di antaranya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang cenderung mengalami kenaikan. Kenaikan IPM Jatim mencapai 0,43 persen atau lebih tinggi dibanding nasional sebesar 0,25 persen.

Angka kemiskinan di Jatim juga terus mengalami penurunan. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), penurunan angka kemiskinan di Jatim tertinggi selama dua periode berturut-turut. 

Pada periode Maret 2021 hingga September 2021, penurunan angka kemiskinan di Jatim mencapai 313.130 jiwa. Kemudian, pada periode Maret 2021 sampai Maret 2022, penurunan angka kemiskinan berhasil mencapai angka 391.400 jiwa. 

"Sayang jika kepemimpinan Ibu Khofifah tidak dilanjutkan. Beliau ada rancangan (pembangunan) yang kuat,"katanya.


Editor : Ihya Ulumuddin

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network