SURABAYA, iNews.id - Komisi D DPRD Jawa Timur (Jatim) meminta rencana pembelajaran tatap muka (PTM) SMA/SMK Juli mendatang ditinjau ulang. Pasalnya, kasus Covid-19 di Jatim kembali meningkat dan menyebar di hampir semua wilayah Jatim.
"Kita wajib berpikir ulang rencana PTM di seluruh Indonesia, khusus untuk wilayah di Jatim. Mungkin bisa dilakukan di daerah tertentu yang dipastikan sudah aman," kata Ketua Komisi E DPRD Jatim, Wara Sundari Reny Pramana, Sabtu (26/6/2021).
Kalaupun harus dilakukan, Wara berharap agar persiapan benar-benar dilakukan secara matang, mulai dari lama proses PTM, persentase siswa yang masuk hingga konsep penerapan protokol kesehatannya.
"Satgas di setiap sekolah sudah siap, jangan sampai daerah yang awalnya melandai karena menerapkan PTM yang kurang persiapan bisa menimbulkan klaster baru," katanya.
Wara mengakui bahwa Siswa sudah mulai jenuh, belajar, bermain, beraktifitas di rumah. Namun, pertimbangan kesehatan juga harus diutamakan. "Maka, semangat untuk bisa membuka PTM harus diimbangi dengan disiplin yang tinggi," ujarnya.
Berdasarkan data Satgas Penanganan Covid-19 Jatim per 20 Juni 2021, kasus positif sebanyak 163.548. Dari jumlah itu 146.881 sembuh, 12.127 meninggal dunia, dan 4.540 dirawat alias kasus aktif.
Kasus aktif terbanyak ada di Bangkalan dengan jumlah sebanyak 890 orang. Untuk itu perlu berkoordinasi dengan Satgas Penanganan Covid-19.
Sebelumnya, Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim, Wahid Wahyudi mengatakan kesiapan PTM terbatas SMA/SMK di Jatim sudah matang jika ditinjau secara menyeluruh, mulai dari penyediaan sarana prasarana sesuai protokol kesehatan hingga vaksinasi guru.
"Vaksinasi guru dan tenaga pendidikan dua kali dan ini sedang dilaksanakan Dinkes Jatim. Juni, semua guru SMA/SMK direncanakan sudah divaksin kedua," katanya.
Meski sudah siap, kewenangan PTM itu ada di Satgas Penanganan Covid-19. Sebab, syarat terlaksananya harus dapat rekomendasi dari satgas. Siswa juga harus mendapat izin dari orang tua.
Untuk model pembelajarannya ada dua, pertama guru fokus pada pembelajaran tatap muka dan bahan akan dikirim ke siswa yang belajar dari rumah.
Kedua, guru mengajar di kelas diikuti siswa dengan sistem interaktif. "Ini idealnya. Namun, untuk semantara ini bahan ajar dikirim kepada siswa," tuturnya.
Editor : Ihya Ulumuddin
Artikel Terkait