JAKARTA, iNews.id - Gajah Mada sang Mahapatih Majapahit menempuh segala cara agar Sumpah Palapa yang diucapkan terlaksana. Hal ini terbantu dengan status jabatan patih amangku bumi yang diemban Gajah Mada.
Saat menjabat patih amangku bumi inilah Gajah Mada berujar akan menunaikan politik nusantara, atau menaklukkan wilayah-wilayah lain. Termasuk beberapa wilayah yang sebelumnya menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Singasari.
Buku "Menuju Puncak Kemegahan Sejarah Kerajaan Majapahit" tulisan Slamet Muljana, mengisahkan kiprah awal Gajah Mada yang mengemban amanah sebagai mahapatih di masa Raja Tribhuwana Tunggadewi. Sang Raja Majapahit dan Rajadewi Maharajasa mendukung Gajah Mada. Sang rani atau berarti permaisuri ini memiliki utang budi kepada Gajah Mada.
Gajah Mada pun hampir seluruhnya berhak menetapkan program politik pemerintahannya. Program politik yang diumumkan berbeda dengan program politik yang pernah dijalankan oleh Raja Kertarajasa dan Jayanegara. Di masa pemerintahan keduanyalah pemberontakan-pemberontakan sering terjadi.
Program politik Gajah Mada, pada hakikatnya kelanjutan gagasan nusantara Raja Kertanegara. Lebih tepat disebut sebagai Gagasan Nusantara II.
Dalam program itu berisi usaha menundukkan pulau-pulau dan negara-negara seberang, seperti yang termuat dalam sumpah Gajah Mada, yang terkenal dengan Sumpah Palapanya.
Beberapa negara seberang yang jadi sasaran Gajah Mada tak itu sebelumnya ditundukkan pemerintahan Kerajaan Singasari. Namun keruntuhan Singasari dan kerusuhan dalam negeri membuat negara-negara ini bebas kembali.
Demikianlah Gajah Mada mencoba ingin mengulang kisah sukses Singasari kendati mendapat ledekan dari pejabat tinggi Majapahit, termasuk Aria Tadah yang sebelumnya menjabat sebagai patih amangku bumi. Tapi Gajah Mada tetaplah Gajah Mada, dia terus berusaha merealisasikan mimpinya menundukkan nusantara.
Langkah pertama untuk menyingkirkan orang-orang di pemerintahan yang tak satu visi misi dengannya. Alhasil dari sana terjadi perubahan susunan kabinet di awal pemerintahan Gajah Mada. Pengangkatan Gajah Mada sebagai patih amangku bumi sendiri terjadi pada tahun Saka 1268 atau tahun 1246 Masehi.
Konon setelah itu, dikisahkan pada kitab Negarakertagama, Bali menjadi daerah pertama yang diinvasi serangan Majapahit. Serangan ini tercatat terjadi pada tahun Saka 1265.
Dahulu di era Singasari Bali juga menjadi salah satu target Kartanegara dengan Ekspedisi Pamalayu-nya. Sang Raja Singasari ini melakukan ekspansi ke Bali pada 1284 untuk mencoba merealisasikan ide penyatuan nusantara.
Tapi adanya sejumlah pemberontakan pada zaman pemerintahan Raja Kertarajasa dan Jayanegara, tidak mengizinkan adanya gagasan nusantara. Bahkan gagasan nusantara yang telah bangkit pada pemerintahan Raja Kertanegara, padam kembali.
Orang-orang yang mengabdi pada pemerintahan Raja Kertanegara banyak terlibat pemberontakan dan kemudian mati terbunuh. Hal ini berbeda dengan pemerintahan Kerajaan Majapahit yang mencoba mewacanakan gagasan nusantara, dengan menghendaki kerelaan sekedarnya untuk mengkonsolidasikan negaranya.
Beberapa pemberontakan, seperti Kuti, Empu Mada tampil ke muka. Rupanya sejak saat itulah Majapahit mencoba mengkonsolidasikan untuk melaksanakan gagasan nusantara. Sempat terganggu dengan peristiwa Tanca yang membunuh Tanca dan Raja Jayanegara sendiri.
Selang 12 tahun kemudian, kemenangan Majapahit di bawah Raja Tribhuwana Tunggadewi atas Keta dan Sadeng, memberikan kesadaran. Majapahit telah pulih kembali dan memberikan ilham untuk menjalankan politik nusantara di bawah gagasan Gajah Mada.
Editor : Nani Suherni
Artikel Terkait